Kata اسمٌ “ISMUN”
Kata “ISMUN” dalam Al-Qur’an ditemukan
dua macam penulisan, yaitu membuang huruf alif dalam kata اسْمٌ dari
kalimat بِسْمِ
اللهِ dan menetapkannya (tidak membuangnya) dari kalimat اقرأ
باسم رَبّكَ- Berhubungan dengan hal ini, Imam Al-Fakhrurrazi
dalam tafsirnya menjelaskan perbedaannya sebagai berikut :
1. Kalimat
بِسْمِ اللهِ banyak disebut dalam banyak kesempatan ketika melakukan
berbagai macam aktivitas, dan agar
menjadi ringan, dibuanglah huruf alif yang terdapat dalam kata اسْمٌ dari
kalimat بِسْمِ
اللهِ . Berbeda dengan
huruf alif dalam kata اسْمٌdari kalimatإِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ , huruf alif tetap ada,
tidak dibuang, karena kalimat ini tidak
banyak disebut seperti basmalah.
2. Al-Khalil
berkata : Huruf alif dalam kata اسْمٌpada kalimat بِسْمِ اللهِ dibuang karena huruf tersebut
masuk ke dalam kata اسْمٌ dengan adanya sebab, yaitu huruf Sin mati, seperti سْمٌ tidak mungkin menjadi permulaan kata; oleh karenannya
dimasukkanlah huruf alif kepadanya, sehingga menjadi اسْمٌ [1]. Setelah huruf Ba’ masuk ke dalam kata اسْمٌ maka ia berfungsi sebagai pengganti huruf alif
yang dibuang, sehingga menjadi بِسْمِ اللهِ – Sedangkan huruf alif pada kalimat اقرأ باسم رَبّكَ tidak dapat dibuang, karena
huruf Ba’ pada kata باسمtidak dapat menggantikan huruf alif sebagaimana yang
terdapat dalam kalimat بِسْمِ اللهِ – Alasannya
adalah pada kalimat اقرأ باسم رَبّكَ dapat membuang huruf Ba’ tanpa
merusak arti, umpama : اقرأ اسمَ رَبّكَ tetapi Ba’ pada kalimat بِسْمِ اللهِ tidak dapat dibuang karena membuangnya dapat merusak arti. [2]
Kata “ismun” yang
berarti “nama” dalam basmalah mengandung maksud yang sangat agung,
mengingat pentingnya nama itu sendiri. Tidak dapat dibayangkan sebuah dunia
tanpa nama. Sebuah pergaulan manusia tanpa nama. Sebuah lingkuangan keluarga
atau sosial tanpa nama, baik nama orang atau nama lainnya. Kalau itu yang
terjadi, tentu tidak akan ada kata-kata, tidak akan ada tegur sapa dan tidak
akan ada warta berita. Tidak akan ada panggilan, tidak akan ada buku dan juga
tidak akan ada puisi. Yang ada hanyalah
suara alami seperti yang ditampilkan atau diperagakan oleh dunia hewan. Lalu
untuk siapa alam semseta yang sangat indah ini diciptakan? Pertanyaan ini telah dijawab dalam Al-Qur’an, bahwa Allah telah
menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya untuk manusia :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS.Al-Baqarah : 29)
Dalam
awal ayat surat Al-Baqarah ayat 29 di atas yang terjemahannya : “Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. Ayat ini dapat dipahami bahwa segala
apa yang terbentang di bumi dan segala isinya adalah mengandung banyak manfaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.[3] Dan manusia dapat memanfaatkannya, kecuali jika ada dalil yang melarangnya.
Di dalam nama tercakup sifat dan
identitas orang, benda atau pribadi yang memiliknya. Bahkan nama bisa mewakili
yang mempunyai nama untuk dihadirkan, walaupun secara fisik tidak hadir untuk
disapa dan dikenali. Seorang penceramah bisa bercerita mengenai peran dan sepak
terjang para sahabat Nabi dalam perjuangan membela Rasulullah saw ketika menjalankan
tugas sucinya, sehingga mereka yang mendengarnya adakalanya sedih, senang, terharu
dan muncul semangat untuk meneladani para sahabat yang didengar melalui cerita
itu, padahal mereka tidak pernah bertemu dengan tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita tersebut. Begitu pentingnya “nama”, Allah mengajarkan “nama-nama”
kepada Adam (manusia) dari nama-nama makhluk yang bertebaran di muka
bumi, sebagaimana yang telah diabadikan dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31 – 33 :
وَعَلَّمَ آدَمَ
الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي
بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (البقرة :31)
Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا
عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (البقرة :32)
Mereka
menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[4]
قَالَ يَا آدَمُ
أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ
أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا
تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (البقرة :33)
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?"
Allah-pun mempunyai nama-nama indah (Al-Asmaaul Husna) yang
diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an, sebagai penjelasan bagi
hamba-Nya agar mengenal akan kemahaan-Nya, dan berdo’a dengan-Nya.
وَ ِللّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا
الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan Allah
memiliki nama-nama indah (Al-Asmaaul Husna), maka berdo'alah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama indah itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS.Al-A’raaf : 180)
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا
تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا
تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا.(الإسرأ :110)
Katakanlah : Serulah Allah atau
serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa
ul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu. (QS.Al-Isra : 110)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. (QS.Al-Hasyr : 22)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ
السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci,
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan. (QS.Al-Hasyr : 23)
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ
الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan
bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.Al-Hasyr : 24)
Melalui nama-nama Allah kita
dapat mendekatkan diri dan berdialog dengan-Nya. Bahkan, setiap nama itu
sesungguhnya mengandung pancaran energi dari sifat-sifat-Nya, sehingga siapa
pun yang membuka hati dan pikiran serta membersihkan diri dari maksiat dan
dosa, lalu memanggil-Nya, maka Dia akan hadir dan membagi energi ke dalam
dirinya dari sifat-sifat-Nya yang indah dan agung itu, sehingga perilakunya
akan memperoleh bimbingan berupa akhlak-Nya yang indah dan terpuji dalam
mengarungi kehidupan di alam fana ini. Demikialah salah satu cara menjaga dan
memelihara nama-nama indah (Al-Asmaul Husna) sebagaimana sabda Nabi saw,
:
حَدَّثَنَا أَبُو
الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا
وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ.(رواه
البخاري : 6843 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا – الجزء : 22 – صفحة : 393)
Telah
menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib,
telah menceritakan kepada kami Abuz Zinad, dari Al A'raj dari Abu Hurairah,
Rasulullah saw, bersabda : "Sesungguhnya Allah
memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang
menghitungnya (menjaganya) maka dia akan masuk surga".(HR.Bukhari : 6843, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Inna lillaahi tis’atan wa tis’iina isman
miatan illaa wahidan, juz : 22, hal. 393)
حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ الْجُوزَجَانِيُّ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ
عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدٍ مَنْ
أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ
الْغَفَّارُ الْقَهَّارُ الْوَهَّابُ الرَّزَّاقُ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الْخَافِضُ الرَّافِعُ الْمُعِزُّ الْمُذِلُّ السَّمِيعُ
الْبَصِيرُ الْحَكَمُ الْعَدْلُ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ
الْغَفُورُ الشَّكُورُ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ الْحَفِيظُ الْمُقِيتُ الْحَسِيبُ
الْجَلِيلُ الْكَرِيمُ الرَّقِيبُ الْمُجِيبُ الْوَاسِعُ الْحَكِيمُ الْوَدُودُ
الْمَجِيدُ الْبَاعِثُ الشَّهِيدُ الْحَقُّ الْوَكِيلُ الْقَوِيُّ الْمَتِينُ
الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ الْمُحْصِي الْمُبْدِئُ الْمُعِيدُ الْمُحْيِي الْمُمِيتُ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ الْوَاجِدُ الْمَاجِدُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الْقَادِرُ
الْمُقْتَدِرُ الْمُقَدِّمُ الْمُؤَخِّرُ الْأَوَّلُ الْآخِرُ الظَّاهِرُ الْبَاطِنُ
الْوَالِيَ الْمُتَعَالِي الْبَرُّ التَّوَّابُ الْمُنْتَقِمُ الْعَفُوُّ
الرَّءُوفُ مَالِكُ الْمُلْكِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ الْمُقْسِطُ
الْجَامِعُ الْغَنِيُّ الْمُغْنِي الْمَانِعُ الضَّارُّ النَّافِعُ النُّورُ
الْهَادِي الْبَدِيعُ الْبَاقِي الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ.(رواه الترمذي : 3429- سنن الترمذي– المكتبة الشاملة – باب ما جاء
فى عقد التسبيح باليد – الجزء : 11 – صفحة : 412)
Telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Ya'qub Al-Jurajani, telah menceritakan kepada kami Shafwan bin
Shalih, telah menceritakan kepada kami Al-Walid bin Muslim, telah menceritakan
kepada kami Syu'aib bin Abu Hamzah, dari Abu Az Zinad, dari Al-A'raj, dari Abu
Hurairah ia berkata; Rasulullah saw, bersabda : "Sesungguhnya Allah ta'ala
memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang
menghitungnya (menjaganya) maka dia akan masuk surga. Yaitu; Allah yang tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, Al Quddus, As Salamu, Al
Mukmin, Al Muhaiminu, Al 'Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir, Al Khaliq, Al Bari-u,
Al Mushawwiru, Al Ghaffaru, Al Qahhar, Al Wahhab, Ar Razzaq, Al Fattah, Al
'Alim, Al Qabidh, Al Basith, Al Khafidh, Al Mu'iz, Al Mudzill, As Sami', Al
Bashir, Al Hakam, Al 'Adlu, Al Lathif, Al Khabir, Al Halim, Al 'Azhim, Al
Qhafur, Asy Syakur, Al 'Aliyyu, Al Kabir, Al Hafizh, Al Muqitu, Al Hasib, Al
Jalil, Al Karim, Ar Raqib, Al Mujib, Al Wasi', Al Hakim, Al Wadud, Al Majid, Al
Ba'its, Asy Syahid, Al Haqqu, Al Wakil, Al Qawiyyu, Al Matin, Al Waliyyu, Al
Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi`, Al Mu'id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayyu, Al Qayyum,
Al Wajid, Al Majid, Al Wahid, Ash Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim,
Al Muakhkhir, Al Awwalu, Al Akhir, Azh Zhahir, Al Bathin, Al Wali, Al Muta'
Ali, Al Barru, At Tawwab, Al Muntaqimu, Al Qafuwwu, Ar Rauf, Malikul Mulk, Dzul
Jalal wal Ikram, Al Muqsith, Al Jami', Al Ghani, Al Mani', Adh Dharr, An Nafi',
Al Hadi, Al Badi', Al Baqi, Al Warits, Ar Rasyid, Ash Shabur." (HR. Tirmidzi :3429, Sunan
Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii ‘uqadit tasbiiih bilyad, juz
: 11, hal.412)
Mengapa
jumlah nama Allah sembilan puluh sembilan? Angka sembilan adalah angka terbesar
dan setelahnya kembali lagi ke angka nol dan selanjutnya angka satu. Jadi angka
sembilan kuadrat bisa juga bermakna sebuah jumlah yang tak terhingga ibarah
jumlah pancaran cahaya matahari. Cahaya Kasih Ilahi dengan segala kebesaran-Nya
tidaklah bisa dihitung oleh manusia karena sangat luasnya. Allah berfirman :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
....Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (QS.Al-A’raf : 156)
Al-Asma Al-Husna
No | Latin | Arab | Arti |
0 |
الله
|
Allah
|
|
1
|
الرحمن
|
Yang Maha Pemurah
|
|
2
|
الرحيم
|
Yang Maha Penyayang
|
|
3
|
الملك
|
Yang Maha Merajai/Memerintah
|
|
4
|
القدوس
|
Yang Maha Suci
|
|
5
|
السلام
|
Yang Maha Memberi Kesejahteraan
|
|
6
|
المؤمن
|
Yang Maha Memberi Keamanan
|
|
7
|
المهيمن
|
Yang Maha Pemelihara
|
|
8
|
العزيز
|
Yang Maha Perkasa
|
|
9
|
الجبار
|
Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
|
|
10
|
المتكبر
|
Yang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
|
|
11
|
الخالق
|
Yang Maha Pencipta
|
|
12
|
البارئ
|
Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
|
|
13
|
المصور
|
Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
|
|
14
|
الغفار
|
Yang Maha Pengampun
|
|
15
|
القهار
|
Yang Maha Memaksa
|
|
16
|
الوهاب
|
Yang Maha Pemberi Karunia
|
|
17
|
الرزاق
|
Yang Maha Pemberi Rezeki
|
|
18
|
الفتاح
|
Yang Maha Pembuka Rahmat
|
|
19
|
العليم
|
Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
|
|
20
|
القابض
|
Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
|
|
21
|
الباسط
|
Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
|
|
22
|
الخافض
|
Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
|
|
23
|
الرافع
|
Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
|
|
24
|
المعز
|
Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
|
|
25
|
المذل
|
Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
|
|
26
|
السميع
|
Yang Maha Mendengar
|
|
27
|
البصير
|
Yang Maha Melihat
|
|
28
|
الحكم
|
Yang Maha Menetapkan
|
|
29
|
العدل
|
Yang Maha Adil
|
|
30
|
اللطيف
|
Yang Maha Lembut
|
|
31
|
الخبير
|
Yang Maha Mengenal
|
|
32
|
الحليم
|
Yang Maha Penyantun
|
|
33
|
العظيم
|
Yang Maha Agung
|
|
34
|
الغفور
|
Yang Maha Pengampun
|
|
35
|
الشكور
|
Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
|
|
36
|
العلى
|
Yang Maha Tinggi
|
|
37
|
الكبير
|
Yang Maha Besar
|
|
38
|
الحفيظ
|
Yang Maha Memelihara
|
|
39
|
المقيت
|
Yang Maha Pemberi Kecukupan
|
|
40
|
الحسيب
|
Yang Maha Membuat Perhitungan
|
|
41
|
الجليل
|
Yang Maha Luhur
|
|
42
|
الكريم
|
Yang Maha Mulia
|
|
43
|
الرقيب
|
Yang Maha Mengawasi
|
|
44
|
المجيب
|
Yang Maha Mengabulkan
|
|
45
|
الواسع
|
Yang Maha Luas
|
|
46
|
الحكيم
|
Yang Maha Maka Bijaksana
|
|
47
|
الودود
|
Yang Maha Mengasihi
|
|
48
|
المجيد
|
Yang Maha Mulia
|
|
49
|
الباعث
|
Yang Maha Membangkitkan
|
|
50
|
الشهيد
|
Yang Maha Menyaksikan
|
|
51
|
الحق
|
Yang Maha Benar
|
|
52
|
الوكيل
|
Yang Maha Memelihara
|
|
53
|
القوى
|
Yang Maha Kuat
|
|
54
|
المتين
|
Yang Maha Kokoh
|
|
55
|
الولى
|
Yang Maha Melindungi
|
|
56
|
الحميد
|
Yang Maha Terpuji
|
|
57
|
المحصى
|
Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung Segala Sesuatu)
|
|
58
|
المبدئ
|
Yang Maha Memulai
|
|
59
|
المعيد
|
Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
|
|
60
|
المحيى
|
Yang Maha Menghidupkan
|
|
61
|
المميت
|
Yang Maha Mematikan
|
|
62
|
الحي
|
Yang Maha Hidup
|
|
63
|
القيوم
|
Yang Maha Mandiri
|
|
64
|
الواجد
|
Yang Maha Penemu
|
|
65
|
الماجد
|
Yang Maha Mulia
|
|
66
|
الواحد
|
Yang Maha Tunggal
|
|
67
|
الاحد
|
Yang Maha Esa
|
|
68
|
الصمد
|
Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
|
|
69
|
القادر
|
Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
|
|
70
|
المقتدر
|
Yang Maha Berkuasa
|
|
71
|
المقدم
|
Yang Maha Mendahulukan
|
|
72
|
المؤخر
|
Yang Maha Mengakhirkan
|
|
73
|
الأول
|
Yang Maha Awal
|
|
74
|
الأخر
|
Yang Maha Akhir
|
|
75
|
الظاهر
|
Yang Maha Nyata
|
|
76
|
الباطن
|
Yang Maha Ghaib
|
|
77
|
الوالي
|
Yang Maha Memerintah
|
|
78
|
المتعالي
|
Yang Maha Tinggi
|
|
79
|
البر
|
Yang Maha Penderma (Maha Pemberi Kebajikan)
|
|
80
|
التواب
|
Yang Maha Penerima Tobat
|
|
81
|
المنتقم
|
Yang Maha Pemberi Balasan
|
|
82
|
العفو
|
Yang Maha Pemaaf
|
|
83
|
الرؤوف
|
Yang Maha Pengasuh
|
|
84
|
مالك
الملك
|
Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
|
|
85
|
ذو
الجلال و الإكرام
|
Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
|
|
86
|
المقسط
|
Yang Maha Pemberi Keadilan
|
|
87
|
الجامع
|
Yang Maha Mengumpulkan
|
|
88
|
الغنى
|
Yang Maha Kaya
|
|
89
|
المغنى
|
Yang Maha Pemberi Kekayaan
|
|
90
|
المانع
|
Yang Maha Mencegah
|
|
91
|
الضار
|
Yang Maha Penimpa Kemudharatan
|
|
92
|
النافع
|
Yang Maha Memberi Manfaat
|
|
93
|
النور
|
Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
|
|
94
|
الهادئ
|
Yang Maha Pemberi Petunjuk
|
|
95
|
البديع
|
Yang Maha Pencipta Yang Tiada Bandingannya
|
|
96
|
الباقي
|
Yang Maha Kekal
|
|
97
|
الوارث
|
Yang Maha Pewaris
|
|
98
|
الرشيد
|
Yang Maha Pandai
|
|
99
|
الصبور
|
Yang Maha Sabar
|
[1]. Kata إِسْمٌ asalnya adalah سُـمـْـــوٌ, lalu huruf WAW
dibuang karena dianggap berat, sehingga menjadi سُمْ kemudian
harakat WAW dipindahkan kepada huruf MIM, menjadi سُمٌ selanjutnya huruf SIN dimatikan, karena ketika harakat
WAW dipindahkan kepada huruf MIM mati, maka berarti memberi harakat
(menghiudpkan) huruf mati, lalu (berlakulah sebuah kaidah), bahwa setiap
memberi harakat kepada huruf mati, maka wajib mematikan huruf hidup yang
berharakat, agar terjadi keseimbagan, dan menjadi سْمٌ - Dan suatu kata tidak mungkin dimulai dengan haruf mati, maka ditambahkanlah
huruf HAMZAH dipermulaannya, sehingga menjadi إِسْمٌ (baca Tafsir Ar-Razi, oleh Al-Fajhrurrazi, Al-Maktbah
Asy-Syamilah, bab 7, juz 1, hal. 97).
[2]. Al-Fajhrurrazi, Tafsir Ar-Razi, Al-Maktbah Asy-Syamilah, bab 7,
juz 1, hal. 95
[3]. Muhammad bin Jarir bin
Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amali Abu Ja’far Ath-Thabari, Tafsir
Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Cetakan Tahun 2000 M / 1420 H, juz 1, hal. 426
[4]. Sebenarnya terjemahan "Hakim" dengan
"Maha Bijaksana" kurang tepat, karena arti "Hakim" ialah:
yang mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai
dengan sifat, guna dan faedahnya. Di sini diartikan dengan "Maha
Bijaksana" karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti
"Hakim".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar