HARTA
YANG WAJIB DIZAKATI
Ada beberapa harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya seperti emas, perak, tanaman, buah-buahan, binatang ternak, harta
rikaz dan lain sebagainya dengan perincian sebagai berikut :
1.
Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak adalah harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya berdasarkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ
لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ -
يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ
وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا
كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung
dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu.(QS.At–Taubah : 34-35)
Dalam
hadits, Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنِي
سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ مَيْسَرَةَ
الصَّنْعَانِيَّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ أَبَا صَالِحٍ ذَكْوَانَ
أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ
عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ
-كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ
سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى
الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ...... (واه مسلم :
–
1647 - صحيح مسلم -
المكتبة الشاملة –
بَاب إِثْمِ مَانِعِ الزَّكَاةِ - الجزء : 5–
صفحة : 140)
Telah
menceritakan kepadaku [Suwaid bin Sa’id], telah menceritakan kepada kami
[Hafash], yaitu [Ibnu Maisarah Ash-Shan’ani], dari [Zaid bin Aslam], bahwa [Abu
Shalih Dzakwan] mengabarkan, bahwa ia mendengar [Abu Hurairah] berkata,
Rasulullah saw bersabda : Tidaklah
seorang pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya (tidak mengeluarkan
zakatnya) kecuali apabila telah datang
hari kiamat nanti, dibuatkan untuknya lempengan-lempengan dari api neraka (yang
terbuat dari emas dan perak itu), kemudian (lempengan-lempengan tersebut)
dipanaskan di dalam neraka Jahannam, lalu dengannya diseterikalah lambung,
dahi, dan punggungnya. Setiap kali lempengan-lempengan itu dingin, maka akan
dipanaskan kembali lalu diseterikakan pula padanya setiap hari - sehari setara
lima puluh tahun (di dunia) - hingga perkaranya diputuskan. Setelah itu,
barulah ia melihat jalannya keluar, adakalanya ke surga dan adakalanya ke
neraka. (HR
Muslim : 1647, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Itsmi maani’uz
zakati, juz : 5, hal. 140)
Adapun Nishab emas dan perak serta
besar zakatnya masing-masing adalah berdasarkan hadits Nabi berikut ini :
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ أَبِى لَيْلَى
عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ
عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ..... وَلاَ فِى أَقَلَّ مِنْ عِشْرِينَ مِثْقَالاً مِنَ
الذَّهَبِ شَىْءٌ وَلاَ فِى أَقَلَّ مِنْ مِائَتَىْ دِرْهَمٍ شَىْءٌ ..... (رواه الدارقطني : 1925 – سنن الدارقطني – المكتبة الشاملة - باب
وُجُوبِ زَكَاةِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَالْمَاشِيَةِ وَالثِّمَارِ وَالْحُبُوبِ
– الجزء : 5 - صفحة : 141)
Telah menecritakan kepada kami
‘Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Al-Fadhl bin Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali bin Hasyim, dari Ibnu Abu
Laila, dari Abdul Karim, dari Amr bin Syua’ib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi saw bersabda : Dan
tidak ada zakat emas yang kurang dari 20
(dua puluh) mitsqal dan tidak ada zakat
perak yang kurang dari 200 (dua ratus) dirham. (HR. Ad-Daruquthni :
1925, Sunan Ad-Daruquthni, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wujubi zakatil dzahabi
wal-waraqi..., juz : 5, hal. 141)
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
الْمَهْرِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ وَسَمَّى
آخَرَ عَنْ أاشم َبِي إِسْحَقَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ ضَمْرَةَ وَالْحَارِثِ
الْأَعْوَرِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ
أَوَّلِ هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ فَإِذَا كَانَتْ لَكَ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَحَالَ
عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَلَيْسَ عَلَيْكَ شَيْءٌ
يَعْنِي فِي الذَّهَبِ حَتَّى يَكُونَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا فَإِذَا كَانَ
لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا نِصْفُ دِينَارٍ
فَمَا زَادَ فَبِحِسَابِ ذَلِكَ....لَيْسَ فِي مَالٍ زَكَاةٌ حَتَّى يَحُولَ
عَلَيْهِ الْحَوْلُ. (رواه ابو داود
: 1342- سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب فِي زَكَاةِ السَّائِمَةِ – الجزء
: 4 – صفحة : 371)
Telah menceritakan kepada Kami
Sulaiman bin Daud Al Mahri, telah mengabarkan kepada Kami Ibnu Wahb, telah
mengabarkan kepadaku Jarir bin Hazim dan ia menyebutkan orang yang lain, dari
Abu Ishaq, dari 'Ashim bin Dhamrah serta Al- Harits Al-A'war dari Ali ra, dari Nabi saw, dengan sebagian permulaan hadits ini bersabda
: Apabila engkau memiliki perak 200 (dua
ratus) dirham, dan telah mencapai haul maka padanya terdapat zakat 5 (lima)
dirham, dan engkau tidak berkewajiban apapun yaitu pada emas hingga
engkau memiliki 20 (dua puluh) dinar. Maka apabila engkau memiliki emas 20 (dua
puluh) dinar dan telah mencapai haul maka padanya zakat ½ (setengah) dinar,
kemudian selebihnya sesuai dengan perhitungan tersebut.....tidak ada
zakat pada harta hingga masuk satu haul. (HR.Abu Dawud : 1342, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab fi zakaatis saaimah, juz : 4, hal. 371)
Dari hadits di atas dapat
diketahui, bahwa nishab emas dan perak adalah sebagai berikut :
1.
Nishab emas adalah 20 (dua puluh) mitsqal atau dinar. Dan
zakatnya adalah ½ (setengah) dinar yaitu
1/40 (2,5 %). Dan setiap lebih dari 20 dinar,
dikeluarkan 1/40 (2,5 %) lagi.[1] Adapun berat timbangan nishab emas berbeda
pendapat, yaitu 96 gram, 93,6 gram dan 85
gram, dengan penjelasan sebaga berikut :
a.
Dalam Fiqih Syafi’i oleh H.Idris Ahmad SH, bahwa nishab
emas adalah 20 mitsqal, dan 1 mitsqal
= 4,8 gram. Jadi, nishab emas adalah 20 x 4,8 gram = 96 gram.[2]
b.
Dalam Fiqih Islam oleh Sulaiman Rasjid, bahwa nishab emas adalah 20 mitsqal = 93,6
gram. [3] (Berarti 1 mitsqal = 4,68 gram. Jadi, nishab emas adalah 20 x 4,68 = 93,6
gram)
c.
Dalam Fatawa Al-Azhar, bahwa nishab emas adalah 20
mitsqal = 85 gram.[4] (Berarti 1 mitsqal = 4,25 gram. Jadi, nishab emas
adalah 20 x 4,25 = 85 gram)
2.
Nishab perak adalah 200 (dua ratus) dirham. Dan zakatnya
adalah 1/40 (2,5 %), yaitu 5 (lima) dirham.[5] Adapun berat timbangan nishab
perak berbeda pendapat, yaitu 672 gram, 624
gram dan 600 gram dengan penjelasan sebagai berikut :
a.
Dalam Fiqih Syafi’i oleh H.Idris Ahmad SH, bahwa nishab
perak adalah 200 dirham, dan 1 dirham = 3.36 gram. Jadi, nishab perak adalah 200 x 3,36 = 672 gram.[6]
b.
Dalam Fiqih
Islam oleh Sulaiman Rasjid, bahwa nishab
perak adalah 200 dirham, dan 1 dirham
= 3,12 gram. Jadi, nishab perak adalah 200 x 3,12 = 624 gram.[7]
c.
Dalam Fatawa Al-Azhar, bahwa nishab perak adalah 200 dirham, berat timbangannya
berkisar antara 600 gram - 624 gram.[8] (Berarti 1 dirham antara = 3 gram - 3,12
gram. Jadi, nishab perak adalah 200 x 3 = 600 gram - 200 x
3,12 = 624 gram
Berbeda
Pendapat Tentang Perhiasan
Pakaian yang sifatnya mubah, seperti emas
perhiasan bagi perempuan, apakah wajib dizakati atau tidak? Dalam hal ini ada
dua pendapat ulama’ fiqih.
1.
Mazhab imam
Maliki, Hanbali dan Syafi’i, berpendapat, bahwa perhiasan yang sifatnya
mubah tidak wajib dizakati.[9] Pendapat
mereka bedasarkan atsar :
حَدَّثَنِي
يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ
عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ تَلِي بَنَاتَ أَخِيهَا يَتَامَى فِي حَجْرِهَا لَهُنَّ الْحَلْيُ
فَلَا تُخْرِجُ مِنْ حُلِيِّهِنَّ الزَّكَاةَ. (رواه مالك : 521– موطأ مالك – المكتبة الشاملة - بَاب مَا لَا
زَكَاةَ فِيهِ مِنْ الْحُلِيِّ وَالتِّبْرِ وَالْعَنْبَرِ – الجزء : 2 – صفحة :
260)
Telah menceritakan kepadaku Yahya, dari Malik, dari Abdurrahman bin Al Qasim, dari bapaknya, bahwa Aisyah isteri Nabi saw, mengasuh anak-anak perempuan saudara laki-lakinya yang sudah yatim, dan mereka mempunyai perhiasan. Namun ia (Aisyah) tidak mengeluarkan zakat dari perhiasan mereka. (HR.Malik : 521, Muwaththa Malik, Al-Maktabah Asy-Syamilah, ab maa laa zakaata fiihi minal Huliyyi wattabri wal’anbari, juz : 2, hal. 260)
حَدَّثَنِي
عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُحَلِّي بَنَاتَهُ وَجَوَارِيَهُ
الذَّهَبَ ثُمَّ لَا يُخْرِجُ مِنْ حُلِيِّهِنَّ الزَّكَاةَ. (رواه مالك : 522 – موطأ مالك – المكتبة الشاملة - بَاب مَا لَا
زَكَاةَ فِيهِ مِنْ الْحُلِيِّ وَالتِّبْرِ وَالْعَنْبَرِ – الجزء : 2 – صفحة :
261)
Telah menceritakan kepadaku dari Malik, dari Nafi', bahwa Abdullah bin 'Umar memakaikan perhiasan emas kepada anak-anak perempuannya dan budak-budak perempuannya. Namun ia tidak mengeluarkan zakat dari perhiasan mereka.(HR.Malik : 522, Muwaththa Malik, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa laa zakaata fiihi minal Huliyyi wattabri wal’anbari, juz : 2, hal. 261)
Dalam
Fiqih Islam oleh Sulaiman Rasjid dikemukakan alasan pihak yang mengatakan,
bahwa perhiasan yang sifatnya mubah tidak wajib dizakati karena perhiasan itu
sama dengan sapi yang dipakai bekerja.[10]
2.
Mazhab imam Hanafi,
berpendapat, bahwa perhiasan wajib dizakati.[11] Abu
Hanifah dan Ibnu Hazm mengatakan wajib zakat bila mencapai nishab,
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Syu’aib[12] :
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ جَدِّهِ قَالَ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَتَانِ فِي أَيْدِيهِمَا أَسَاوِرُ مِنْ
ذَهَبٍ فَقَالَ لَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَتُحِبَّانِ أَنْ يُسَوِّرَكُمَا اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَسَاوِرَ مِنْ
نَارٍ؟ قَالَتَا لَا قَالَ فَأَدِّيَا حَقَّ هَذَا الَّذِي فِي أَيْدِيكُمَا. (رواه احمد : 6380 – مسند احمد – المكتبة
الشاملة – باب مسند عبد الله بن عمرو بن العاص -
الجزء : 13 – صفحة : 418)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari 'Amru bin Syu'aib, dari
bapaknya, dari kakeknya, dia berkata : Nabi saw, pernah didatangi dua orang
wanita yang pada tangan mereka berdua terdapat gelang dari emas, lalu
Rasulullah saw berkata kepada mereka : "Apakah kalian mau jika pada hari
kiamat kelak Allah memakaikan gelang dari api untuk kalian berdua?"
"Tidak", jawab mereka. Beliau bersabda : "(Kalau begitu)
tunaikanlah hak (zakat) dari barang yang ada pada tangan kalian berdua." (HR.Ahmad :
6380, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Musnad Abdullah bin Amr bin
Al-‘Ash, juz : 13, hal. 418)
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ عَنْ
شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ دَخَلْتُ أَنَا وَخَالَتِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا أَسْوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ فَقَالَ لَنَا :
أَتُعْطِيَانِ زَكَاتَهُ؟ قَالَتْ فَقُلْنَا : لَا - قَالَ : أَمَا تَخَافَانِ أَنْ
يُسَوِّرَكُمَا اللَّهُ أَسْوِرَةً مِنْ نَارٍ؟ أَدِّيَا زَكَاتَهُ (رواه احمد : 26332– مسند
احمد – المكتبة الشاملة – باب من حديث اسماء ابنة يزيد رضي الله عنها- الجزء : 56– صفحة : 143)
Telah menceritakan kepada kami Ali
bin 'Ashim, dari Abdullah bin Utsman bin Khutsaim, dari Syahr bin Hausyab, dari
Asma' binti Yazid dia berkata : "Aku bersama dengan bibiku masuk
menemui Nabi saw, sedangkan bibiku
memakai gelang yang terbuat dari emas, maka beliau bersabda kepada kami :
"Apakah kamu telah menunaikan zakatnya?" Asma' berkata : "Maka
kami berkata : "Tidak. "Beliau
bersabda : "Apakah kalian tidak takut jika Allah memakaikan buat kalian
gelang dari api neraka? Tunaikanlah segera zakatnya." (HR.Ahmad :
26332, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab min haditsi Asma’ Ibnatu
Yazid ra, juz : 56, hal. 143)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الرَّبِيعِ بْنِ
طَارِقٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
جَعْفَرٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ شَدَّادِ بْنِ الْهَادِ أَنَّهُ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى فِي يَدَيَّ فَتَخَاتٍ مِنْ وَرِقٍ
فَقَالَ: مَا هَذَا يَا عَائِشَةُ؟ فَقُلْتُ صَنَعْتُهُنَّ أَتَزَيَّنُ لَكَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: أَتُؤَدِّينَ زَكَاتَهُنَّ؟ قُلْتُ: لَا أَوْ مَا شَاءَ
اللَّهُ، قَالَ: هُوَ حَسْبُكِ مِنْ النَّارِ.(رواه ابو داود : 1338 – سنن ابو داود - المكتبة الشاملة –
بَاب الْكَنْزِ مَا هُوَ وَزَكَاةِ الْحُلِيِّ - الجزء : 4– صفحة : 366)
Telah menceritakan kepada Kami Muhammad bin Idris Ar-Razi, telah menceritakan kepada Kami 'Amr bin Ar Rabi' bin Thariq, telah menceritakan kepada Kami Yahya bin Ayyub, dari 'Ubaidullah bin Abu Ja'far, bahwa Muhammad bin 'Amr bin 'Atha`, telah mengabarkan kepadanya, dari Abdullah bin Syaddad bin Al-Had, bahwa ia berkata : Kami menemui Aisyah istri Nabi saw, lalu ia berkata : Rasulullah saw, menemuiku dan melihat ditanganku ada cincin dari perak, lalu beliau berkata : "Apakah ini wahai Aisyah?" Aku menjawab : Aku menggunakannya untuk berhias di hadapanmu Wahai Rasulullah. Beliau bersabda : "Apakah kamu mengeluarkan zakatnya?" Aku menjawab : tidak! -atau- maasyaa Allah! Beliau bersabda : Itu cukup sudah untuk memasukkanmu ke dalam neraka”. (HR.Abu Dawud : 1338, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babul Kanzi maa huwa wa zakaatil Huliyyi, juz : 4, hal. 366)
Dalam kitab Fiqhussunnah oleh Sayyid Sabiq dipaparkan perkataan Al-Khathabi, bahwa orang yang mewajibkan membayar zakat untuk perhiasan berdasarkan zahirnya firman Allah surat At–Taubah ayat 34 yang artinya : (Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih) dan diperkuat oleh atsar. Sedangkan pihak yang menyatakan tidak wajib berdasarkan akal pikiran dan sebagian kecil dari atsar. Adapun langkah yang lebih aman dan bersikap hati-hati (ikhthiyath) adalah mengeluarkan zakatnya.[13] Bahkan dalam Fiqh Islam oleh Sulaiman Rasjid dikatakan, bahwa perhiasan wajib dizakati walaupun belum satu tahun dan tidak sampai satu nishab dan zakatnya dibayar satu kali saja.[14]
Menggabungkan Emas dan Perak
Apakah boleh menggabungkan emas
dan perak yang tidak mencapai nishab agar mencapai nisab? Mengenai masalah ini
Sayyid Sabiq dalam Fiqh sunnahnya berkata : Barangsiapa yang memiliki
emas kurang dari nishab dan perak juga kurang dari nisab, maka ia tidak perlu
menggabungkan yang satu dengan yang lain agar cukup senishab. Karena jenisnya
berbeda, hingga tidak mungkin digabungkan, seperti halnya sapi dengan kambing.
Jadi umpama ada seseorang yang memiliki 199 dirham dan 19 dinar maka ia tidak
wajib berzakat.[15] Hal ini berdasarkan
hadits Nabi :
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ أَبِى لَيْلَى
عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ
عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ..... وَلاَ فِى أَقَلَّ مِنْ عِشْرِينَ مِثْقَالاً مِنَ
الذَّهَبِ شَىْءٌ وَلاَ فِى أَقَلَّ مِنْ مِائَتَىْ دِرْهَمٍ شَىْءٌ ..... (رواه الدارقطني : 1925 – سنن الدارقطني – المكتبة الشاملة - باب
وُجُوبِ زَكَاةِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَالْمَاشِيَةِ وَالثِّمَارِ وَالْحُبُوبِ
– الجزء : 5 - صفحة : 141)
Telah menecritakan kepada kami
‘Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Al-Fadhl bin Salamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ali bin Hasyim, dari Ibnu Abu Laila,
dari Abdul Karim, dari Amr bin Syua’ib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi saw bersabda : Dan
tidak ada zakat emas yang kurang dari 20
(dua puluh) mitsqal dan tidak ada zakat
perak yang kurang dari 200 (dua ratus) dirham. (HR. Ad-Daruquthni :
1925, Sunan Ad-Daruquthni, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wujubi zakatil dzahabi
wal-waraqi..., juz : 5, hal. 141)
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَاقَ
أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ أَنَّ
عَمْرَو بْنَ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِيهِ يَحْيَى بْنِ
عُمَارَةَ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوَاقٍ صَدَقَةٌ
وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ
أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ. (رواه البخاري : 1317
– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة- بَاب مَا أُدِّيَ زَكَاتُهُ فَلَيْسَ بِكَنْزٍ –
الجزء : 5 – صفحة : 213)
Telah menceritakan kepada kami
Ishaq bin Yazid telah mengabarkan kepada kami Syu'aib bin Ishaq telah
mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah mengabarkan kepada saya Yahya bin Abu
Katsir bahwa 'Amru bin Yahya bin 'Umarah telah mengabarkannya dari bapaknya
Yahya bin 'Umarah bin Abu Al Hasan bahwa dia mendengar Abu Sa'id ra, berkata;
Nabi saw, telah bersabda: "Tidak
ada zakat harta dibawah lima uqiyah, tidak
ada zakat pada unta dibawah lima ekor dan tidak ada zakat pada hasil tanaman
dibawah lima wasaq".(HR.Bukhari : 1317, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa uddiya zakaatuhuu falaisa bikanz, juz : 5, hal. 213)
Abu Ja’far
Ad-Dawudi berkata : Kadar 1 uqiyah emas = 4 dinar. Jadi, nishab emas = 5 uqiyah,
yaitu 5 x 4 = 20 (20 dinar). Sedangkan 1
uqiyah perak = 40 dirham. Jadi, nishab perak = 5 uqiyah, yaitu 5 x 40 = 200 (200 dirham).[16]
Berdasarkan
hadis tersebut, emas dan perak tidak perlu dilakukan penggabungan untuk
mencapai nishabnya, karena masing-masing berbeda jenis, dan mempunyai kadar
nishabnya sendiri-sendiri.
[1]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 1, hal. 339
[2]. Idris Ahmad H. SH, Fiqh
Syafi’i, Karya Indah, cetakan ke-5, Jakarta, 1984, hal. 443
[3]. Sulaiman Rasjid H., Fiqih
islam, Sinar Baru Algensindo, cetakan ke -32, Bandung, 1998, hal.202
[4]. Kementerian Wakaf Mesir, Fatawa Al-Azhar, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Taqdiruz zakati bil-Ma’aayiril haditsati, juz : 9, hal. 246
[5]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Op
Cit, hal. 340
[6]. Idris Ahmad H. SH, Fiqh
Syafi’i, Op Cit, hal. 444
[7]. Sulaiman Raasjid H., Fiqih
islam, Op Cit, hal.202
[8]. Kementerian Wakaf Mesir, Fatawa Al-Azhar, Op Cit, hal. 246
[9]. Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu
‘alla madzaahibil arba’ah, juz 1, Op cit, hal. 487 - 488
[10]. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Op
Cit, hal. 203
[11]. Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu
‘alla madzaahibil arba’ah, juz 1, Op cit, hal. 487
[12]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Op
Cit, hal. 342
[13]. Ibid, hal. 343
[14]. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Op
Cit, hal. 203
[15]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Op
Cit, hal. 340
[16]. An-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab bai’il ba’iir wastisnaai rukuubihii, juz : 5, hal. 471
Tidak ada komentar:
Posting Komentar