BAGAIKAN PENDAKI GUNUNG
Sumber kesuksesan lebih banyak
berasal dari dalam dirinya sendiri. Apabila dalam dirinya terdapat pondasi yang
kokoh, maka faktor-faktor yang datang dari luar, betapa-pun dahsyatnya, akan
mampu disikapi dan dikelola dengan baik. Dan salah satu pondasi yang mesti dipancangkan
dalam diri seseorang yang ingin maraih sukses
adalah 'sifat rendah hati'. Seseorang
yang memiliki sifat rendah hati bagaikan pendaki gunung, tubuhnya condong ke depan dan pandangan matanya
menunduk ke bawah, sehingga dengan mudah pendakian dapat dilakukan. Semakin
curam jalan yang didaki, tubuh sang pendaki akan semakin menunduk, bahkan
mungkin merayap. Dan ketika meraih sukses
mencapai puncak gunung, disana
akan diterpa hembusan angin yang kencang dan bertambah kencang. Dan agar ia
mampu bertahan terhadap terpaan angin yang begitu kencang itu, maka ia mesti berjalan
sambil membungkuk. Semakin anginnya berhembus kencang, berarti badan harus semakin membungkuk. Sungguh sangat
tidak mungkin seorang pendaki gunung dapat meraih sukses, ketika datang terpaan
angin kencang, lalu ia berjalan sambil membusungkan dada, menegakkan badan, mengangkatkan
pandangannya ke arah langit.
Dalam
perjuangan meraih sukses, sikap rendah hati merupakan salah satu faktor
terpenting yang harus kita miliki. Ketika sikap rendah hati sudah mewarnai
kehidupan kita, baik dalam tutur kata
maupun sikap dan perbuatan, maka berarti kita telah siap menerima berbagai
macam hal baru yang datang kepada kita. Termasuk
kesiapan menerima berbagai macam ilmu yang baru kita kenal, sehingga kita telah
siap menghadapi perubahan zaman yang selalu tumbuh dinamis. Dengan demikian
kita akan lebih cepat dapat memahami kondisi lingkungan, sehingga lebih mudah untuk
beradaptasi dimana kita menginjakkan kaki. Dan msyarakat-pun akan lebih gampang
dan lapang menerima kedatangan kita.
Ketika sikap
rendah hati telah kita memiliki, berarti kita telah memiliki salah satu faktor
yang dapat menggiring kita kepada kesuksesaan yang bernuansa ketakwaan. Dan
ketakwaan itulah yang berperan sebagai filter yang dapat menyaring antara yang
halal dan haram, baik dan buruk, manfaat dan madarat, sehingga sukses yang kita
raih tetap berada dalam naungan rido Allah. Dan ketika
kita ingin mencapai derajat sebagai insan yang bertakwa, maka rendah hati
merupakan syarat pertama yang mesti dimiliki. Karena ia merupakan puncak dari
akhlak seorang mukmin. Ia tidak mungkin diraihnya hanya dengan ilmu, tetapi
harus dipesandingkan dengan iman yang mesti diikuti dengan amal perbuatan.[1] Ia
harus dimiliki dalam setiap kondisi, tingkatan dan kedudukan, dimanapun kita berada.
Ketika kita ingin menjadi seorang
yang hebat (manusia super), maka rendah hati juga yang harus disandangnya.
Karena ia memiliki pandangan hidup yang berazaskan manfaat. Rasulullah saw, memberikan
informasi kepada kita, bahwa manusia super (khairunnas) adalah manusia yang
memberikan manfaat bagi manusia lainnya.[2] Dalam
bahasa mitaforis, manusia super bagaikan sebiji benih tanaman padi yang
dibenamkan dalam tanah. Lalu tumbuh bersemi, dedaunan hijau yang menyejukkan
pandangan mata bergerak dengan pasti dalam posisi tegak lurus ke atas. Waktu
demi waktu terus berjalan, bulir-bulir mulai berisi, tidak lagi tegak lurus ke
atas, tetapi mulai merunduk, dan terus merunduk ke bawah, yang pada akhirnya memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Janji Allah pasti, dan salah satu
janji-Nya adalah akan mengangkat derajat orang yang bersikap rendah hati ke tinggkat
yang lebih tinggi. [3]
Sementara terdapat dugaan dari
orang yang merasa dirinya tergolong cerdik panadai, bahwa rendah hati itu
merupakan sifat yang merugikan, karena dapat membentuk pribadi yang lemah
lembut dan kasih sayang. Hal ini dipandang sebagai sikap yang akan mudah
dipermainkan orang lain. Dugaan tersebut sungguh amat keliru. Justeru
sebaliknya, yaitu : "Sesorang yang rendah hati, berarti kesuksesan telah
menunggunya". Dia akan mendapatkan pertolongan langsng dari Allah; harkat,
martabat dan kedudukannya akan dinaikkan ke posisi yang tertinggi.[4]
Dan kebenaran janji Allah yang pasti itu
akan disikapi dengan mantapnya iman, yaitu : “Semua keberhasilan hanya datang
dari Allah". Sikap ini membuat, ia lebih mampu mengenal diri dan menerima
kelebihan serta kekurangannya secara lebih jernih. Ia dapat melihat orang lain
dengan mata hati yang bersih, objektif serta terbuka. Ia tidak akan
mengedepankan ego dan ambisinya. Ia
tidak akan mudah terhempas karena ada tekanan dari orang lain. Di sini dapatlah
dikatakan bahwa rendah hati merupakan
kunci mewujudkan kesuksesan plus dalam hidup, yaitu sukses dunia dan
akhirat.
Dapat
ditemukan pula dampak positif yang luar biasa dari sikap rendah hati, yaitu hilangnya
kesombongan dan kezaliman.[5]
Untuk itulah Allah swt memerintahkan agar kita senantiasa
bersikap rendah hati, sehingga tidak terdapat korban yang direndahkan karena kesombongan,
dan tidak ada penderitaan karena kezaliman.[6] Kesombongan
adalah sumber kehancuran yang mesti kita singkirkan dari diri kita, karena ia merupakan
penyakit hati yang amat barbahaya. Ia akan menjauhkan kita dari sahabat sejati.
Ia akan menciptakan permusuhan. Ia akan menghilangkan sekian banyak relasi. Ia
hanya berfungsi sebagai perisai untuk menutupi kekurangan, kelemahan, dan
ketidakmampuannya menghadapi masalah yang datang, sehingga tidak ada
keterbukaan dan tidak ada kesiapan mental untuk menerima berbagai macam hal
baru yang datang dari luar dirinya, dan
pada akhirnya beku, buntu dan tidak berkembang.
Apabila kita telah mempunyai
perasaan mempunyai berbagai kelebihan tertentu dibandingkan orang lain, lalu
membuat kita merasa paling mulia, paling
pantas untuk dihormati dan dihargai dari pada orang lain, maka mulai saat
itulah kita sedang mengidap penyakit hati yang amat berbahaya, yaitu
"sombong". Rasulullah saw, mengingatkan kita melalui sabdabya : "Barang siapa bersikap rendah hati
karena Allah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya. Ia merasa dirinya
kecil kurang berarti, akan tetapi di mata masyarakat dipandang sebagai orang
yang mulia dan terhormat. Dan barang siapa yang bersikap sombong, niscaya Allah
menghinakannya, sehingga masyarakat memandangnya sebagai orang yang hina,
walaupun ia merasa sebagai orang besar".[7]
Seseorang dapat dengan mudah terjangkit
penyakit sombong, antara lain karena adanya
penilaian yang keliru akan kemuliaan manusia. Seseorang dipandang mulia
atau terhormat karena memiliki harta yang melimpah dan jabatan yang lebih tinggi
dibandingkan manusia lainnya, walaupun dia jauh dari aturan Allah. Orang yangg
hidup dalam kondisi seperti ini akan mudah terjangkit penyakit sombong dengan
merendahkan dan meremehkan orang lain. Sebab lain adalah kebiasaan suka membanding-bandingkan
nikmat yang diperolehnya dengan yang diperoleh orang lain, tanpa ingat kepada
yang memberi nikmat, yaitu Allah. Ketika ia bercakap-cakap dengan sahabatnya,
ia katakan : Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih
kuat dari pengikutmu, dan seterusnya, sehingga tertangkap kesan bahwa dirinya "serba
paling" dibandingkan orang lain.[8] Adakalanya
yang memicu munculnya kesombongan adalah karena lebih unggul dari pada yang
lain dalam banyak didang, seperti ilmunya
lebih tinggi, hartanya lebih banyak, dan seterusnya. Keunggulan-keunggulan
semata tidak ada artinya di hadapan Allah bila tidak disertai dengan sikap
rendah hati. Bahkan sebagai pengantar munculnya kehancuran dan kegagalan. Rasullullah
saw telah mengingatkan kita : Tidak masuk surga orang yg di dalam hatinya
terdapat seberat zarrah dari kesombongan.[9]
Allah mengingatkan kita : "Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung."[10]
Salah satu cara memupuk sikap
rendah hati dan menghilangkan kesombongan adalah menumbuh suburkan rasa senang duduk-duduk
bersama kaum dhu'afa' (orang-orang lemah), bahkan suka makan dan minum bersama
mereka. Suka merenungkan semua nikmat
Allah dari yang paling kecil hingga yang
paling besar, termasuk dirinya dan alam semesta, sehingga menjadi seorang yang
pandai bersyukur. Lalu ia bersungguh-sungguh dalam mentaati aturan Allah,
karena ketaatan yang dilakukan
semata-mata mencari ridha Allah, akan dapat membersihkan diri dari
penyakit-penyakit hati, bahkan akan meningkat ke derajat yang lebih tinggi. Semua
itu adalah anugerah Allah. Dia yang kuasa untuk memberi dan Dia pula yang kuasa
mencabutnya.
Seorang yang rendah hati
digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya :
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung kedamaian, dan orang-orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka, dan orang-orang yang berkata :
"Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu
adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk
tempat menetap dan tempat kediaman, dan orang-orang yang apabila membelanjakan
(harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.[11] "SELAMAT MERAIH
SUKSES BERSAMA SIKAP RENDAH HATI, DAN SELAMAT TINGGAL KESOMBONGAN"
[1] - يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
(11)
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujaadilah :
11)
[2] - عن جابر قال : قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : وَ خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ. (رواه الطبراني –
المعجم الأوسط للطبراني – المكتبة الشاملة – باب الميم من اسمه محمد- الجزء : 13-
صفحة : 27))
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah aw berabda : Dan
sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
(HR.Thabrani, Al-Mu'jam Al-Awsath Lith-Thabrani, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab
Mim Min Ismuhu Muhammad, juz : 13, hal. 27)
[3] - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ
إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. (رواه مسلم-4689- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة - بَاب اسْتِحْبَابِ الْعَفْوِ
وَالتَّوَاضُعِ – الجزء-12- صفحة :473)
Dari Abu Hurairah, diterima dari
Rasulullah saw, beliau bersabda : sedekah itu tidaklah mengurangi harta, Allah
tidak menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan
tidaklah seorang hamba bersikap rendah hati (tawadhu‘) kecuali Allah pasti
mengangkat (derajatnya). (HR Muslim : 4689, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istihbab Li’afwin
Wat-Tawadhu’i, juz 12, hal.474)
[4] - عَنْ أَوْسِ بْنِ خَوْلِيٍّ أنه دخل على رسول الله صلى الله
عليه وسلم فقال : يا أوس : مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَبَّرَ
وَضَعَهُ اللهُ. (رواه ابو نعيم : 914 - معرفة الصحابة لأبي نعيم
الأصبهاني- المكتبة الشاملة - باب من
اسمه أوس- الجزء : 3- صفحة : 160)
Dari Aus bin Khawly, bahwasanya ia datang
kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda : WahaiAus! : Barangsiapa yang
rendah hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajat)-nya; da
barangsiapa yang sombong, maka Allah akan menjatuhkan (derajat)nya. (HR Abu
Nu‘aim : 914, Ma'rifatush-Shahabah Liabi Nu'am Al-Ashbahani, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Man ismuh Aus, juz 3,
hal.160)
-[5]عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ
تَوَاضَعَ ِللهِ دَرَجَةً رَفَعَهُ اللهُ دَرَجَةً حَتَّى يَجْعَلَهُ فِي
عِلِّيِّينَ وَمَنْ تَكَبَّرَ عَلَى اللهِ دَرَجَةً وَضَعَهُ اللهُ دَرَجَةً
حَتَّى يَجْعَلَهُ فِي أَسْفَلِ السَّافِلِينَ.(رواه احمد : 11299 -باب مسند أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ - المكتبة الشاملة – الجزء :
23- صفحة : 344
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata :
Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang rendah hati karena Allah satu
derajat, maka Allah mengangkatnya satu derajat pula hingga ia ditempatkan pada
tempat yang setinggi-tingginya. Dan barangsiapa yang sombong kepada Allah satu
derajat, maka Allah menjatuhkannya satu derajat pula, hingga ia ditempatkan
pada tempat yang serendah rendahnya. (HR.Ahmad : 11299, Bab Musnad Abu Sa’id
Al-Khudry, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 23, hal.344)
[6] - عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ ذَاتَ يَوْمٍ وَ قَالَ : إِنَّ اللهَ أَوْحَى
ِإلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.(رواه مسلم- 5109 - صحيح مسلم- المكتبة الشاملة -بَاب الصِّفَاتِ الَّتِي يُعْرَفُ بِهَا فِي الدُّنْيَا
أَهْلُ الْجَنَّةِ وَأَهْلُ النَّارِ –
الجزء- 14- صفحة : 24)
Dari Qatadah, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah saw berkhutbah, beliau
bersabda : Sesungguhnya Allah swt telah mewahyukan
kepadaku agar kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun
menyombongkan diri kepada yang lain, atau seseorang tiada menganiaya kepada
yang lainnya. (HR Muslim : 5109, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babush-Shifatillatii yu'rafu fiddunya alul-Jannati wa
ahlun-Naar, juz 14, hal.24)
[7] - عن عابس بن ربيعة قال : قال عمر وهو على المنبر : أيها الناس تواضعوا
فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من تواضع لله رفعه الله ، فهو في نفسه
صغير وفي أعين الناس عظيم - ومن تكبر وضعه الله ، فهو في أعين الناس صغير وفي نفسه كبير، حتى لهو أهون عليهم من كلب أو خنزير.(رواه
البيهقي : 7917 –شعب الإيمان للبيهقي –المكتبة الشاملة- فصل فى التواضع- الجزء : 17- صفحة : 182)
Dari 'Abis bin
Rabi'ah, ia berkata : Umar menyampaikan khutbah di atas mimbar : Wahai manusia,
bersikap rendah hatilah kalian, karena aku pernah mendengar Rasulullah saw,
bersabda : Barang siapa bersikap rendah
hati karena Allah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya. Ia merasa dirinya
kecil kurang berarti, akan tetapi di mata masyarakat sebagai orang yang mulia
dan terhormat. Dan barang siapa yang bersikap sombong, niscaya Allah
menghinakannya, sehingga masyarakat memandangnya sebagai orang hina, walaupun
ia merasa sebagai orang besar, sampai-sampai di mata masyarakat ia lebih hina
dibanding anjing atau babi. (HR. Baihaqi : 7917, Syu'abul
Iman Kik-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Fashl Fittawadgu', juz : 17, hal.
182)
[8].
Lihat Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 34
[9] - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ
كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم- 133- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة -بَاب تَحْرِيمِ
الْكِبْرِ وَبَيَانِهِ- الجزء- 1 - صفحة : 249)
Dari Abdullah, diterima dari Nabi saw, beliau beraabda :
Tidak masuk surga orang yg di dalam hatinya terdapat seberat zarrah dari
kesombongan. (HR
Muslim : 133, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Tahrimil Kibri wa
bayanih, juz 1, hal. 249)
[10].
Lihat Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 37
[11]. Lihat Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 63-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar