Kamis, 24 Mei 2012

BAGAIKAN PENDAKI GUNUNG
Sumber kesuksesan lebih banyak berasal dari dalam dirinya sendiri. Apabila dalam dirinya terdapat pondasi yang kokoh, maka faktor-faktor yang datang dari luar, betapa-pun dahsyatnya, akan mampu disikapi dan dikelola dengan baik. Dan salah satu pondasi yang mesti dipancangkan dalam diri seseorang yang ingin maraih sukses  adalah 'sifat rendah hati'.  Seseorang  yang memiliki sifat rendah hati bagaikan pendaki gunung,  tubuhnya condong ke depan dan pandangan matanya menunduk ke bawah, sehingga dengan mudah pendakian dapat dilakukan. Semakin curam jalan yang didaki, tubuh sang pendaki akan semakin menunduk, bahkan mungkin merayap. Dan ketika meraih sukses  mencapai  puncak gunung, disana akan diterpa hembusan angin yang kencang dan bertambah kencang. Dan agar ia mampu bertahan terhadap terpaan angin yang begitu kencang itu, maka ia mesti berjalan sambil membungkuk. Semakin anginnya berhembus kencang, berarti badan  harus semakin membungkuk. Sungguh sangat tidak mungkin seorang pendaki gunung dapat meraih sukses, ketika datang terpaan angin kencang, lalu ia berjalan sambil membusungkan dada, menegakkan badan, mengangkatkan pandangannya ke arah langit.
Dalam perjuangan meraih sukses, sikap rendah hati merupakan salah satu faktor terpenting yang harus kita miliki. Ketika sikap rendah hati sudah mewarnai kehidupan kita,  baik dalam tutur kata maupun sikap dan perbuatan, maka berarti kita telah siap menerima berbagai macam hal  baru yang datang kepada kita. Termasuk kesiapan menerima berbagai macam ilmu yang baru kita kenal, sehingga kita telah siap menghadapi perubahan zaman yang selalu tumbuh dinamis. Dengan demikian kita akan lebih cepat dapat memahami kondisi lingkungan, sehingga lebih mudah untuk beradaptasi dimana kita menginjakkan kaki. Dan msyarakat-pun akan lebih gampang dan lapang menerima kedatangan kita.
Ketika sikap rendah hati telah kita memiliki, berarti kita telah memiliki salah satu faktor yang dapat menggiring kita kepada kesuksesaan yang bernuansa ketakwaan. Dan ketakwaan itulah yang berperan sebagai filter yang dapat menyaring antara yang halal dan haram, baik dan buruk, manfaat dan madarat, sehingga sukses yang kita raih tetap berada dalam naungan rido Allah. Dan ketika kita ingin mencapai derajat sebagai insan yang bertakwa, maka rendah hati merupakan syarat pertama yang mesti dimiliki. Karena ia merupakan puncak dari akhlak seorang mukmin. Ia tidak mungkin diraihnya hanya dengan ilmu, tetapi harus dipesandingkan dengan iman yang mesti diikuti dengan amal  perbuatan.[1]  Ia  harus dimiliki dalam setiap kondisi, tingkatan dan  kedudukan, dimanapun kita berada.
Ketika kita ingin menjadi seorang yang hebat (manusia super), maka rendah hati juga yang harus disandangnya. Karena ia memiliki pandangan hidup yang berazaskan manfaat. Rasulullah saw, memberikan informasi kepada kita, bahwa manusia super (khairunnas) adalah manusia yang memberikan manfaat bagi manusia lainnya.[2] Dalam bahasa mitaforis, manusia super bagaikan sebiji benih tanaman padi yang dibenamkan dalam tanah. Lalu tumbuh bersemi, dedaunan hijau yang menyejukkan pandangan mata bergerak dengan pasti dalam posisi tegak lurus ke atas. Waktu demi waktu terus berjalan, bulir-bulir mulai berisi, tidak lagi tegak lurus ke atas, tetapi mulai merunduk, dan terus merunduk ke bawah, yang pada akhirnya memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Janji Allah pasti, dan salah satu janji-Nya adalah akan mengangkat derajat orang yang bersikap rendah hati ke tinggkat yang lebih tinggi. [3]  
Sementara terdapat dugaan dari orang yang merasa dirinya tergolong cerdik panadai, bahwa rendah hati itu merupakan sifat yang merugikan, karena dapat membentuk pribadi yang lemah lembut dan kasih sayang. Hal ini dipandang sebagai sikap yang akan mudah dipermainkan orang lain. Dugaan tersebut sungguh amat keliru. Justeru sebaliknya, yaitu : "Sesorang yang rendah hati, berarti kesuksesan telah menunggunya". Dia akan mendapatkan pertolongan langsng dari Allah; harkat, martabat dan kedudukannya akan dinaikkan ke posisi yang tertinggi.[4] Dan kebenaran  janji Allah yang pasti itu akan disikapi dengan mantapnya iman, yaitu : “Semua keberhasilan hanya datang dari Allah". Sikap ini membuat, ia lebih mampu mengenal diri dan menerima kelebihan serta kekurangannya secara lebih jernih. Ia dapat melihat orang lain dengan mata hati yang bersih, objektif serta terbuka. Ia tidak akan mengedepankan  ego dan ambisinya. Ia tidak akan mudah terhempas karena ada tekanan dari orang lain. Di sini dapatlah dikatakan bahwa rendah hati  merupakan kunci mewujudkan kesuksesan plus dalam hidup, yaitu sukses dunia dan akhirat.
Dapat ditemukan pula dampak positif yang luar biasa dari sikap rendah hati, yaitu hilangnya kesombongan dan kezaliman.[5] Untuk itulah  Allah swt memerintahkan agar kita senantiasa bersikap rendah hati, sehingga tidak terdapat korban yang direndahkan karena kesombongan, dan tidak ada penderitaan karena kezaliman.[6] Kesombongan adalah sumber kehancuran yang mesti kita singkirkan dari diri kita, karena ia merupakan penyakit hati yang amat barbahaya. Ia akan menjauhkan kita dari sahabat sejati. Ia akan menciptakan permusuhan. Ia akan menghilangkan sekian banyak relasi. Ia hanya berfungsi sebagai perisai untuk menutupi kekurangan, kelemahan, dan ketidakmampuannya menghadapi masalah yang datang, sehingga tidak ada keterbukaan dan tidak ada kesiapan mental untuk menerima berbagai macam hal baru yang datang dari luar dirinya,  dan pada akhirnya beku, buntu dan tidak berkembang.
Apabila kita telah mempunyai perasaan mempunyai berbagai kelebihan tertentu dibandingkan orang lain, lalu membuat kita merasa paling mulia, paling  pantas untuk dihormati dan dihargai dari pada orang lain, maka mulai saat itulah kita sedang mengidap penyakit hati yang amat berbahaya, yaitu "sombong".  Rasulullah saw,  mengingatkan kita melalui sabdabya :  "Barang siapa bersikap rendah hati karena Allah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya. Ia merasa dirinya kecil kurang berarti, akan tetapi di mata masyarakat dipandang sebagai orang yang mulia dan terhormat. Dan barang siapa yang bersikap sombong, niscaya Allah menghinakannya, sehingga masyarakat memandangnya sebagai orang yang hina, walaupun ia merasa sebagai orang besar".[7]
Seseorang dapat dengan mudah terjangkit penyakit sombong, antara lain karena adanya  penilaian yang keliru akan kemuliaan manusia. Seseorang dipandang mulia atau terhormat karena memiliki harta yang melimpah dan jabatan yang lebih tinggi dibandingkan manusia lainnya, walaupun dia jauh dari aturan Allah. Orang yangg hidup dalam kondisi seperti ini akan mudah terjangkit penyakit sombong dengan merendahkan dan meremehkan orang lain. Sebab lain adalah kebiasaan suka membanding-bandingkan nikmat yang diperolehnya dengan yang diperoleh orang lain, tanpa ingat kepada yang memberi nikmat, yaitu Allah. Ketika ia bercakap-cakap dengan sahabatnya, ia katakan : Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat dari pengikutmu, dan seterusnya, sehingga tertangkap kesan bahwa dirinya "serba paling" dibandingkan orang lain.[8] Adakalanya yang memicu munculnya kesombongan adalah karena lebih unggul dari pada yang lain dalam banyak didang, seperti ilmunya  lebih tinggi, hartanya lebih banyak, dan seterusnya. Keunggulan-keunggulan semata tidak ada artinya di hadapan Allah bila tidak disertai dengan sikap rendah hati. Bahkan sebagai pengantar munculnya kehancuran dan kegagalan. Rasullullah saw telah mengingatkan kita : Tidak masuk surga orang yg di dalam hatinya terdapat seberat zarrah dari kesombongan.[9] Allah mengingatkan kita : "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."[10]
Salah satu cara memupuk sikap rendah hati dan menghilangkan kesombongan adalah menumbuh suburkan rasa senang duduk-duduk bersama kaum dhu'afa' (orang-orang lemah), bahkan suka makan dan minum bersama mereka. Suka merenungkan  semua nikmat Allah dari yang  paling kecil hingga yang paling besar, termasuk dirinya dan alam semesta, sehingga menjadi seorang yang pandai bersyukur. Lalu ia bersungguh-sungguh dalam mentaati aturan Allah, karena  ketaatan yang dilakukan semata-mata mencari ridha Allah, akan dapat membersihkan diri dari penyakit-penyakit hati, bahkan akan meningkat ke derajat yang lebih tinggi. Semua itu adalah anugerah Allah. Dia yang kuasa untuk memberi dan Dia pula yang kuasa mencabutnya.
Seorang yang rendah hati digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya : "Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung kedamaian,  dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka, dan orang-orang yang berkata : "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman, dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.[11] "SELAMAT MERAIH SUKSES BERSAMA SIKAP RENDAH HATI, DAN SELAMAT TINGGAL KESOMBONGAN"


[1] - يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujaadilah : 11)
[2] - عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : وَ خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ. (رواه الطبراني – المعجم الأوسط للطبراني – المكتبة الشاملة – باب الميم من اسمه محمد- الجزء : 13- صفحة : 27))
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah aw berabda : Dan sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR.Thabrani, Al-Mu'jam Al-Awsath Lith-Thabrani, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Mim Min Ismuhu Muhammad, juz : 13, hal. 27)
[3] - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ ِللهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. (رواه مسلم-4689- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة - بَاب اسْتِحْبَابِ الْعَفْوِ وَالتَّوَاضُعِ – الجزء-12- صفحة :473)
 Dari Abu Hurairah, diterima dari Rasulullah saw, beliau bersabda : sedekah itu tidaklah mengurangi harta, Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba bersikap rendah hati (tawadhu‘) kecuali Allah pasti mengangkat (derajatnya). (HR Muslim : 4689, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istihbab Li’afwin Wat-Tawadhu’i, juz 12, hal.474)
[4] - عَنْ أَوْسِ بْنِ خَوْلِيٍّ أنه دخل على رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا أوس : مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللهُ. (رواه ابو نعيم : 914 - معرفة الصحابة لأبي نعيم الأصبهاني- المكتبة الشاملة - باب من اسمه أوس- الجزء : 3- صفحة :  160)
Dari Aus bin Khawly, bahwasanya ia datang kepada Rasulullah saw, lalu beliau bersabda : WahaiAus! : Barangsiapa yang rendah hati karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajat)-nya; da barangsiapa yang sombong, maka Allah akan menjatuhkan (derajat)nya. (HR Abu Nu‘aim : 914, Ma'rifatush-Shahabah Liabi Nu'am Al-Ashbahani, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Man ismuh Aus, juz 3, hal.160)
 -[5]عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ دَرَجَةً رَفَعَهُ اللهُ دَرَجَةً حَتَّى يَجْعَلَهُ فِي عِلِّيِّينَ وَمَنْ تَكَبَّرَ عَلَى اللهِ دَرَجَةً وَضَعَهُ اللهُ دَرَجَةً حَتَّى يَجْعَلَهُ فِي أَسْفَلِ السَّافِلِينَ.(رواه احمد : 11299 -باب مسند أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ - المكتبة الشاملة – الجزء : 23- صفحة : 344
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang rendah hati karena Allah satu derajat, maka Allah mengangkatnya satu derajat pula hingga ia ditempatkan pada tempat yang setinggi-tingginya. Dan barangsiapa yang sombong kepada Allah satu derajat, maka Allah menjatuhkannya satu derajat pula, hingga ia ditempatkan pada tempat yang serendah rendahnya. (HR.Ahmad : 11299, Bab Musnad Abu Sa’id Al-Khudry, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz 23, hal.344)
[6] - عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ ذَاتَ يَوْمٍ وَ قَالَ : إِنَّ اللهَ أَوْحَى ِإلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.(رواه مسلم- 5109 - صحيح مسلم- المكتبة الشاملة -بَاب الصِّفَاتِ الَّتِي يُعْرَفُ بِهَا فِي الدُّنْيَا أَهْلُ الْجَنَّةِ وَأَهْلُ النَّارِ – الجزء- 14- صفحة : 24)
Dari Qatadah, bahwasanya pada suatu hari Rasulullah saw berkhutbah, beliau bersabda  : Sesungguhnya Allah swt telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun menyombongkan diri kepada yang lain, atau seseorang tiada menganiaya kepada yang lainnya. (HR Muslim : 5109, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babush-Shifatillatii yu'rafu fiddunya alul-Jannati wa ahlun-Naar, juz 14, hal.24)
[7] - عن عابس بن ربيعة  قال : قال عمر وهو على المنبر : أيها الناس تواضعوا فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من تواضع لله رفعه الله ، فهو في نفسه صغير وفي أعين الناس عظيم - ومن تكبر وضعه الله ، فهو في أعين الناس صغير  وفي نفسه كبير، حتى لهو أهون عليهم من كلب أو خنزير.(رواه البيهقي : 7917 –شعب الإيمان للبيهقي –المكتبة الشاملة- فصل فى التواضع- الجزء : 17- صفحة : 182)
Dari 'Abis bin Rabi'ah, ia berkata : Umar menyampaikan khutbah di atas mimbar : Wahai manusia, bersikap rendah hatilah kalian, karena aku pernah mendengar Rasulullah saw, bersabda :  Barang siapa bersikap rendah hati karena Allah, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya. Ia merasa dirinya kecil kurang berarti, akan tetapi di mata masyarakat sebagai orang yang mulia dan terhormat. Dan barang siapa yang bersikap sombong, niscaya Allah menghinakannya, sehingga masyarakat memandangnya sebagai orang hina, walaupun ia merasa sebagai orang besar, sampai-sampai di mata masyarakat ia lebih hina dibanding anjing atau babi. (HR. Baihaqi : 7917, Syu'abul Iman Kik-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Fashl Fittawadgu', juz : 17, hal. 182)
[8]. Lihat Al-Qur'an surat Al-Kahfi ayat 34
[9] - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم- 133- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة -بَاب تَحْرِيمِ الْكِبْرِ وَبَيَانِهِ- الجزء- 1 - صفحة : 249)
Dari Abdullah, diterima dari Nabi saw, beliau beraabda : Tidak masuk surga orang yg di dalam hatinya terdapat seberat zarrah dari kesombongan. (HR Muslim : 133, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Tahrimil Kibri wa bayanih, juz 1, hal. 249)
[10]. Lihat Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 37
[11]. Lihat Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 63-67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar