Rabu, 22 September 2010

SURAT AL-BAQARAH AYAT 6 - 10

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (6)

6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

(Sesungguhnya orang-orang kafir) seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lainnya (sama saja bagi mereka, apakah kamu beri peringatan) - dibaca a-andzartahum (أَأَنْذَرْتَهُمْ), yakni dengan dua buah hamzah secara tegas. Dapat pula hamzah yang kedua dilebur menjadi alif hingga hanya tinggal satu hamzah saja yang dibaca panjang, sehingga dibaca "aandzartahum" (ءَانْذَرْتَهُمْ) - (atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.) Hal itu telah diketahui oleh Allah, maka janganlah kamu berharap mereka akan beriman. "Indzar" (اِنْذَار) yang berarti peringatan adalah pemberitahuan yang disertai ancaman.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (7)

7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[1], dan penglihatan mereka ditutup[2]. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.

(Allah telah mengunci mati hati mereka) maksudnya : Allah menutup rapat hati mereka sehingga tidak dapat dimasuki oleh kebaikan (begitu pun pendengaran mereka) maksudnya : tempat atau alat pendengaran mereka dikunci sehingga mereka tidak memperoleh manfaat dari kebenaran yang mereka terima (dan penglihatan mereka ditutup) dengan penutup sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran (dan bagi mereka siksa yang besar) yang berat lagi tetap.

Terhadap orang-orang munafik diturunkan :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8)

8. Dan di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir[3]," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

(Dan di antara manusia ada orang yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir.") yaitu hari kiamat, karena hari itu adalah hari terakhir. (padahal mereka bukan orang- orang yang beriman). Di sini ditekankan arti kata "Man" (من) artinya : "orang", yang dalam kata ganti disebutkan lafalnya, yakni dengan kata : "mereka".

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9)

9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

(Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman) yakni dengan berpura- pura beriman dan menyembunyikan kekafiran guna melindungi diri mereka dari hukum-hukum duniawi (padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri) karena bencana tipu daya itu akan kembali menimpa diri mereka sendiri. Di dunia, rahasia mereka akan diketahui juga dengan dibuka Allah kepada Nabi-Nya, sedangkan di akhirat mereka akan menerima hukuman setimpal (tetapi mereka tidak menyadari) dan tidak menginsafi bahwa tipu daya mereka itu menimpa diri mereka sendiri. "Mukhada`ah" (مخادعة) atau tipu-menipu di sini muncul dari satu pihak, jadi bukan berarti berserikat di antara dua belah pihak. Contoh yang lainnya adalah "Mu`aqabatul lish" (معاقبة اللص) yang berarti menghukum pencuri (bukan saling menghukum). Menyebutkan kata Allah dalam ayat ini merupakan keindahan dalam gaya bahasa. Menurut suatu qiraat tercantum "wamaa yakhda`uuna" (وما يخدعون) artinya dan mereka tidak berhasil menipu.

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10)

10. Dalam hati mereka ada penyakit[4], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

(Dalam hati mereka ada penyakit) berupa keragu-raguan dan kemunafikan yang menyebabkan sakit atau lemahnya hati mereka. (Lalu ditambah Allah penyakit mereka) dengan menurunkan Al-Quran yang mereka ingkari itu. (Dan bagi mereka siksa yang pedih) yang menyakitkan (disebabkan kedustaan mereka.) Kata "Yukadzdzibuuna" dibaca pakai tasydid (يُكَذِّبُوْنَ), artinya amat mendustakan, yakni terhadap Nabi Allah; dan juga dapat dibaca tanpa tasydid "yakdzibuuna" (يَكْذِبُوْنَ) yang berarti berdusta, yakni dengan mengakui beriman, padahal tidak beriman.



[1]. Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.

[2]. Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al-Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.

[3]. Hari alhir ialah : mulai dari waktu makhluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.

[4]. Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad saw lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi saw, agama dan orang-orang Islam.

1 komentar: