Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.
(S.Ali ‘Imran [3] : 132)
dan mereka (Rasul dan orang-orang yang beriman) berkata : "kami dengar dan kami taat."
(QS.Al-Baqarah [2] :285)
Pada suatu hari Imam Musa Al-Kazhim (salah seorang cucu Rasulullah dari pasangan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib) hendak berwuduk akan melaksanakan salat shubuh. Disuruhlah hamba sahayanya mencucurkan air wuduk dari sebuah kendi yang telah diisi air ke telapak tangannya. Rupanya si hamba masih mengantuk, lalu disiramkan air wuduk itu ke badan beliau, sehingga badan dan bajunya basah.
Menyikapi peristiwa itu, Imam Musa Al-Kazhim kelihatan hendak marah. Dan sang hamba itupun sadar akan dirinya dan hilanglah ngantuknya sambil membayangkan amarah yang akan diterima dari sang majikan. Namun yang terjadi berbeda dengan dugaan semula setelah si hamba berdialog dengan mengutip sebagian dari firman Allah surat Ali ‘Imran ayat 134 sebagai berikut :
- Hamba membaca potongan ayat “Walkaahzimiinal Ghaizha” : orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang : “menahan amarahnya”.
- Imam Musa serta merta sadar mendengar potongan ayat itu, lalu beliau berkata : “Telah aku tahan amarahku kepadamu”.
- Hamba membaca potongan ayat berikutnya “Wal ‘aafiina ‘aninnaas” : orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang : “mema'afkan (kesalahan) orang lain”.
- Imam Musa sepontan menjawab : “Aku telah beri ma’af kesalahanmu”.
- Hamba membaca potongan ayat terakhir : “Wallaahu Yuhibbul Muhsiniin” , yang artinya : “dan Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
- Imam Musa serta merta menyambut pesan dari potongan ayat terakhir itu dengan berkata : “Mulai hari ini engkau kumerdekakan dari perbudakan semata-mata karena Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar