AL-BAQARAH
AYAT 39
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا أُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Adapun
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
Awal
ayat berbunyi : وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا
بِآَيَاتِنَا (Adapun
orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami). Kata “kafir”
makna asalnya adalah “tertutup”.[1]
Dikatakan tertutup karena hatinya tidak bisa dimasuki oleh iman.[2]
Kafir adalah lawan dari iman. Artinya, mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan
mendustakan para Rasul-Nya.[3]
Yang
dimaksud dengan ayat-ayat Allah adalah kitab-kitab-Nya.[4]
Dan sebagian Ulama mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah adalah Al-Qur’an[5].
Karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan mendustakan para Rasul-Nya, maka
mereka semua itu kelak akan diazab dalam api neraka, dan mereka kekal di
dalamnya.
Akhir ayat
berbunyi : أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ (mereka
itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya). Artinya, orang-orang
yang kafir dan mendustakan kitab-kitab Allah, kelak akan menjadi penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya, mereka tetap tinggal di sana untuk
selama-lamanya, tidak akan mati dan tidak pula akan keluar. [6]
Dalam
ayat tersebut digunakan lafaz "Ash-Haab" jamak dari kata “shaahib”
yang artinya "kawan", yakni mereka orang-orang kafir itu
adalah kawan-kawan neraka yang selalu bersama dengannya sebagaimana bersamanya
seseorang dengan kawannya.
Orang-orang kafir yang menjadi
penghuni kekal dalam neraka, mereka tidak mati dan tidak hidup di dalamnya, karena
mereka selamanya diazab terus menerus. Namun orang-orang yang masuk neraka disebabkan oleh dosa-dosanya,
maka matilah mereka karena api neraka, sehinggga tatkala mereka menjadi arang,
diizinkanlah untuk mendapatkan syafa’at, dan pada
akhirnya mereka akan dikeluarkan dari neraka. Hadits Nabi :
و حَدَّثَنِي نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ
حَدَّثَنَا بِشْرٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُفَضَّلِ عَنْ أَبِي مَسْلَمَةَ عَنْ أَبِي
نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا
يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمْ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ
أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا
أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى
أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ
فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ فَقَالَ رَجُلٌ
مِنْ الْقَوْمِ كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ
كَانَ بِالْبَادِيَةِ. (رواه مسلم : 271 – صحيح مسلم–
المكتبة الشاملة – باب ا ثبات الشفاعة واخراج الموجدين من النار- الجزء : 1 – صفحة : 430)
Telah
menceritakan kepadaku Nashr bin Ali Al-Jahdhamy, telah menceritakan kepada kami
Bisyr, yakni Ibnu Al-Mufadhdhal, dari
Abi Maslamah, dari Abi Nadhrah, dari Abi Sa’id, ia berkata : Rasulullah
saw bersabda : Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni kekalnya, maka mereka
tidak mati di dalamnya dan tidak hidup. Akan tetapi orang-orang yang ditimpa
oleh siksa neraka karena dosa-dosanya –atau Rasul bersabda, karena
kesalahan-kesalahannya-, maka Allah akan mematikan mereka dengan suatu
kematian. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, Nabi diizinkan untuk
memberikan syafa’at (kepada mereka). Lalu mereka di datangkan
berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, lalu dimasukkan ke sungai-sungai di
surga. Selanjutnya dikatakan (oleh Allah): “Wahai penghuni surga, kucurkanlah
air kehidupan kepada mereka”. Maka tumbuhlah mereka laksana tumbuhnya
benih-benih tetumbuhan di larutan lumpur yang dihempaskan arus air. Seseorang
di antara sahabat berkata : Seakan-akan Rasulullah saw berada di padang gembalaan
di suatu perkampungan. (HR.Muslim : 271, Shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Itsbatus-Syaf’ah wa ikhrajul muhidin minan naar,
juz 1, hal : 430)
Dalam
ayat ini (ayat 38 – 39) dan ayat-ayat yang semisalnya terdapat dalil tentang
pengelompokan makhluk dari jin dan manusia kepada kelompok bahagia dan kelompok
sengsara, juga terdapat penjelasan tentang sifat-sifat kedua kelompok tersebut,
serta amalan-amalan yang menjadi sebabnya. Dan bahwasanya jin itu seperti
manusia dalam hal pahala dan hukuman sebagaimana mereka juga sama dengan
manusia dalam hal perintah maupun larangan.[7]
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
(الذاريات :56)
Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
[1]. Baca tafsir An-Nukatu wal-‘Uyun, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab 6,
juz 1, hal. 14
[2]. Baca tafsir Ibnu ‘Arafah,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab 6, juz 1, hal. 16
[3]. Baca tafsir Ath-Thabariy, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, juz 1, hal. 552
[4]. Baca tafsir Jalalain,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 45
[5]. Baca tafsir Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 110
[6]. Baca tafsir Jalalain,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 45
[7]. Baca tafsir As-Sa’dy, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 50