Al-Baqarah Ayat 35
Setelah Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam,
dan para Malaikat diperintahkan bersujud dengan sujud penghormatan kepadanya,
lalu semuanya sujud (hormat) kecuali Iblis, barulah Adam bersama istrinya disuruh
tinggal di dalam sebuah taman (surga) di mana saja yang mereka sukai,
memakan makanan yang ada di surga sepuas-puasnya dengan hati yang senang. Allah
menegaskan firman-Nya surat Al-Baqarah ayat 35
berikut ini :
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami
berfirman : Hai Adam! Tinggallah kamu
dan isterimu di surga ini, dan makanlah kalian berdua daripadanya (makanan-makanan
yang ada di surga) dengan senang sesuka-suka kalian berdua, dan janganlah kalian
berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang
yang zalim.
Awal ayat 35
: وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ “Dan Kami berfirman : Hai Adam! Tinggallah kamu dan isterimu di surga ini”. Pada awal ayat ini
Allah berfirman dengan menyeru
Adam dan istrinya untuk tinggal di surga. Artinya, dalam ayat ini Allah mengabarkan
kemuliaan yang dikaruniakan-Nya kepada Adam, dan Dia memperkenankan Adam untuk tinggal di surga
setelah Dia memerintahkan para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada
Adam.[1]
Dengan kata lain, Adam diperkenankan tinggal di surga setelah lepas dari ujian
tentang nama-nama yang diajarkan Allah, dan lulus dari ujian melebihi Malaikat, setelah para Malaikat diperintahkan
sujud kepadanya, barulah Adam bersama
istrinya disuruh berdiam atau tinggal di dalam taman surga itu. Ujian yang diberikan kepada semua makhluk,
diberikan pula kepada Adam sebagaimana juga diberikan kepada makhluk sebelum
Adam.[2]
Semua hamba Allah akan diuji dan ujian yang paling berat diberikan kepada para
Nabi. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ
بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ
ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ
رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ
حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ. (رواه الترمذي : 2322– سنن الترمذي – المكتبة
الشاملة – باب ما جاء فى الصبر على البلاء– الجزء : 8– صفحة
: 417)
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari 'Ashim bin
Bahdalah, dari Mush'ab bin Sa'ad, dari ayahnya, ia berkata : Aku berkata: Wahai
Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab:
"Para Nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh
seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun
berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian
tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan
tidak mempunyai kesalahan." (HR. Tirmidzi : 2322, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Maa
jaa-a fish-shabri ‘alal balaa, juz : 8,
hal. 417)
Suatu ketika Rasulullah saw ditanya tentang Adam, apakah
ia seorang Nabi? Rasulullah saw menjawab,
seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, ia berkata : Aku bertanya :
“Bagaimanakah menurutmu tentang Adam, apakah ia seorang Nabi? Rasulullah saw menjawab,
“Ya, dia seorang Nabi dan juga seorang Rasul, Allah berbicara dengannya secara
terang-terangan, dan Allah berfirman : “Tinggallah
kamu dan isterimu di surga ini”.
Konteks ayat ini juga menunjukkan bahwa Siti Hawa
diciptakan sebelum Adam memasuki Surga, hal ini telah dijelaskan oleh Muhammad
Ibnu Ishaq dalam keterangannya : Ketika Allah telah selesai dari urusan mencaci
iblis, lalu Allah kembali kepada Adam yang telah Dia ajari semua nama-nama itu.
Setelah itu ditimpakan rasa kantuk kepada Adam, kemudian Allah mengambil salah
satu tulang rusuk sebelah kiri Adam dan menambal tempatnya dengan daging. Lalu
Allah menjadikan tulang rusuknya itu istrinya, yaitu Siti Hawa, berupa seorang
wanita yang sempurna agar Adam merasa tenang hidup dengannya. Ketika Adam
terbangun, ia melihat Siti Hawa telah berada di sampingnya. Setelah Allah
menikahkannya dan menjadikan rasa tenang dan tentram dalam diri Adam, maka
Allah berfirman secara langsung kepadanya dengan ayat 35 surat Al-Baqarah ini. [3]
Kemudian meneganai surga yang ditempati oleh Adam masih
diperselisihkan, apakah
berada di langit atau di bumi? Mayoritas
ulama berpendapat bahwa surga itu berada di langit. Al-Qurthubi menuturkan
bahwa kaum Mu’tazilah dan Qadariyah, berpendapat bahwa surga itu berada di
bumi.[4]
Tengah ayat 35 وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا “dan makanlah kalian
berdua daripadanya (makanan-makanan yang ada di surga) dengan senang
sesuka-suka kalian berdua”. Artinya, Adam
dan Hawa disuruh tinggal di dalam taman
surga yang indah berseri itu. Mereka keduanya diberi kebebasan, makan dan
minum, memetik buah-buahan yang banyak, lezat ranum, yang hanya tinggal memetik. Artinya, mereka bebas
merdeka.[5]
Akhir ayat 35 وَلا تَقْرَبَا
هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ “dan janganlah kalian berdua mendekati
pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zalim”.
Di dalam akhir ayat ini kita bertemu dengan pelajaran
tentang filsafat merdeka. Kemerdekaan ialah kebebasan membatasi diri. Semua
bebas dimakan, kecuali buah daripada pohon yang terlarang : "Janganlah
kalian berdua mendekati pohon ini".
Karena kalau sudah mendekat ke sana, niscaya buah daripada pohon yang terlarang
itu akan termakan juga. Kalau buah sudah termakan, niscaya kerugian yang akan
dialami. Orang yang tidak sanggup memelihara kemerdekaannya, niscaya akan
kehilangan kemerdekaan itu sendiri. Dan jika kemerdekaan telah hilang,
kerugianlah yang akan ditemui dan pelakunya oleh Allah dimasukkan dalam
golongan orang-orang
yang zalim.
Mengenai pohon
yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al-Quran dan
Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan dengan pohon khuldi (pohon kekekalan), tapi itu adalah
nama yang diberikan syaitan sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120 :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا
آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى
Kemudian syaitan membisikkan
pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan
kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Pohon itu dinamakan شَجَرَةِ الْخُلْدِ Syajaratulkhuldi
(pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan
kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat
dipastikan, sebab Al-Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Para ulama berbeda pendapat mengenai pohon ini, ada yang
mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah “pohon anggur”.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah “pohon gandum”,
ada juga yang mengatakan “pohon kurma” dan ada yang mengatakan “pohon
tin”. Larangan mendekati pohon pada ayat ini merupakan cobaan dan ujian dari Allah bagi
Adam. [6]
[1]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
233
[2]. Baca tafsir Ath-Thabari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 516
[3]. Baca tafsir Ibnu Katsir,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 233 - 234
[4]. Baca tafsir Ibnu Katsir,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 233
[6]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
234