Rabu, 23 Januari 2013

MENGENAL SURAT AL-FATIHAH



Surat Al-Fatihah merupakan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an. Untaian kalimatnya ringkas, hanya terdiri dari 7 ayat, 25 kata dan 113 huruf,[1] namun kandungan maknanya sangat luas. Jumlah 113 huruf memberikan informasi, bahwa sesudah surat Al-Fatihah terdapat 113 surat yang  makna kandungannya terhimpun di dalam surat Al-Fatihah. Seorang muslim yang taat menjalankan aturan Allah, ia membacanya setiap hari paling sedikit  tujuh belas kali yang dibaca di dalam shalatnya yang berjumlah tujuh belas rakaat yang wajib ditegakkan. Sejak kecil hingga detik ini tentu sudah beratus  atau beribu kali kita membacanya. Lalu terbersit sebuah pertanyaan : Sudahkah kita memahami mutiara indah yang terkandung di dalamnya,  sehingga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih ridha-Nya?  Semoga melalui tulisan ringkas di bawah ini bisa sedikit membantu menggapai tujuan mulia tersebut. Aamiin. 
Tempat Turun Surat Al-Fatihah
Para ‘ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan tempat turunnya Surat Al-Fatihah (Surat pembukaan). Dalam tafsir Ibnu Katsir karya Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqy (700-774 H) dipaparkan pendapat para pakar, yaitu :  Ibnu ‘Abbas, Qatadah dan Abu Al-’Aliyah berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah termasuk ayat Makkiyah, yaitu ayat yang diturunkan di Mekah. Menurut Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha’ bin Yasar dan Azzuhri termasuk ayat Madaniyyah, yaitu ayat yang diuturunkan di Madinah.  Menurut sebagian ulama’ diturunkan dua kali, yaitu satu kali di Mekah dan satu kali lagi di Madinah. Menurut Abu Al-Laits Assamarqandiy, separoh diturunkan di Mekah dan separoh lagi diuturunkan di Madinah.[2]  Sedangkan Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawiy (Wafat 515 H), menegaskan dalam kitab Tafsirnya, yaitu tafsir Al-Baghawi, bahwa  surat Al-Fatihah menurut pendapat kebanyakan ulama’ termasuk ayat Makkiyah,  dan inilah  pendapat yang paling shahih.[3]
Nama-Nama Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah memiliki banyak nama sesuai dengan keragaman kandungan yang ada di dalamnya serta keutamaan dan keistimewaannya, antara lain :
1.     فاتحة الكتاب(Faatihatul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi nama  dengan Faatihatul Kitab (pembukaan Tulisan), karena mushaf Al-Qur`an dibuka dengan surat ini, dan surat ini pula yang dibaca sebagai pembukaan dalam shalat sebelum membaca surat-surat Al-Qur’an yang lain. [4]  Nama ini (Faatihatul Kitab) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut  :
حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُنَادِيَ أَنَّهُ لَا صَلَاةَ إِلَّا بِقِرَاءَةِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه  ابو داود : 697- سنن  ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ تَرَكَ الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاتِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ  - الجزء :  2 – صفحة :  480)
Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Basysyar], telah menceritakan kepada kami [Yahya], telah menceritakan kepada kami [Ja’far] dari [Abi Utsman] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw memerintahkan aku agar aku menyerukan bahwa tidak sah shalat seseorang kecuali membaca Fatihatul Kitab (maksudnya surat Al-Fatihah). (HR.Abu Dawud : 697, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man tarakal qiraata fii shalaatihii bifatihatil kitaab, juz : 2, hal.480)
2.    الحمد لله (Al-Hamdu lillaah). Surat Al-Fatihah diberi  nama  dengan Al-Hamdu lillaah (Segala puji milik Allah), karena dalam surat ini terdapat kalimat Al-Hamdu lillaah. Nama ini (Al-Hamdu lillaah) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut  :
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي (رواه الترمذي : 3049- سنن الترمذي – المكتبة الشاملة -بَاب وَمِنْ سُورَةِ الْحِجْرِ- الجزء : 10 – صفحة : 396)
Telah mencriakan kepada kami [‘Abdun bin Humaid], telah mencriakan kepada kami [Abu ‘Ali Al-Hanafiy], dari [Ibnu Abu Di’b] dari [Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Al-Hamdu lillaah adalah Ummul-Qur’an, Ummul Kitab dan  As-sab’u Al-Matsaani. (HR.Tirmidzi : 3049, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab min suratil Hijr,  juz : 10, hal.396)
3.    ام القرآن (Ummul-Qur’an) dan ام الكتاب (Ummul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi nama  dengan Ummul-Qur’an (Induk Al-Qur’an) dan  Ummul Kitab (Induk Al-Kitab), karena surat ini mencakup seluruh tujuan pokok dari Al-Qur`an, sehingga surat Al-Fatihah mempunyai kedudukan sebagai intisari atau esensi dari Al-Qur’an. Kata ام (ummun) secara harfiah berarti ibu, sumber, asal, dasar, landasan, intisari (esensi). Bila Al-Qur’an kita sebut sebagai ajaran, maka Al-Fatihah adalah intisarinya. Begitu juga bila kita menyebut Al-Qur’an sebagai wacana, maka Al-Fatihah adalah inti dari wacana itu. Sedangkan pengertian harfiah kata Al-Qur’an adalah bacaan dan Al-Kitab adalah tulisan atau literatur, mengacu kepada bentuk-bentuk bacaan, tulisan atau wacana secara umum.[5] Nama ini (Ummul-Qur’an dan Ummul Kitab)  diabadikan dalam hadits  Nabi saw di atas dan juga dalam hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ. (رواه البخاري : 4335 – صحيح البخاري - المكتبة الشاملة -بَاب قَوْلِهِ وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ - الجزء :14 – صفحة :303)
Telah menceritakan kepada kami [Adam], telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi’b], telah menceritakan kepada kami [Sa’id Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah ra], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Ummul-Qur’an (Induk Al-Qur’an) adalah  As-sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’anul ‘Adhim (Al-Qur’an yang agung). (HR. Bukhari : 4335, shahih Bukhari, Al-maktabah Asy-Syamilah, bab Qaulihii wa laqad aatainaa sab’an minal matsaanii wal-Qur’aanul adhiim, juz : 14, hal.303)
4.     السبع المثاني(As-sab'ul-Matsaani). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan As-sab'ul-Matsaani karena surat ini tediri dari tujuh ayat yang selalu dibaca dalam shalat secara berulang-ulang. Setiap orang yang shalat akan selalu membacanya dalam setiap raka`at shalatnya. Jumlah ayatnya yang tujuh itu, rupanya mengacu pada makna yang banyak atau luas, yaitu sebanyak dan seluas cakupan wacana Al-Qur’an itu sendiri. Nama ini (As-sab'ul-Matsaani)  diabadikan dalam hadits  Nabi saw di atas dan  bahkan diabadikan juga dalam Al-Qur’an :
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu As-sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’an yang agung. (Q.S. Al-Hijr : 87).
5.     القرآن العظيم(Al-Qur’nul-'azhiim). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Al-Qur’nul-'azhiim  (Al-Qur’an yang besar dan Agung) karena surat Al-Fatihah mewakili  seluruh  kandungan Al-Qur’an yang sangat besar, luas dan agung. Nama ini (Al-Qur’nul-'azhiim) diabadikan dalam hadits  Nabi saw dan juga dalam Al-Qur’an sebagaimana tersebut pada bagian sebelumnya.
6.    الصلاة (Ash-Shalaatu). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ash-Shalaatu (shalat/do’a) karena Al-Fatihah merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Nama ini (Ash-Shalaatu) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut  :
حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. (رواه مسلم : 598 - صحيح مسلم- المكتبة الشاملة- بَاب وُجُوبِ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ- الجزء : 2 – صفحة : 352)
Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali], telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin ‘Uyaynah] dari [Al-‘Ala’] dari ayahnya, dari [Abu Hurairah], dari Nabi saw, beliau bersabda :  Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda : ‘Allah berfirman : Aku membagi shalat (surat Al-Fatihah) antara Aku dengan hambaKu menjadi dua bagian, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata : Segala puji bagi Allah Tuhan  semesta alam. Maka Allah berfirman :  HambaKu memujiKu. Apabila hamba tersebut mengucapkan :  Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Maka Allah berfirman :  HambaKu memuji-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Pemilik hari kiamat. Maka Allah berfirman :  HambaKu memujiku. Selanjutnya Dia berfirman : HambaKu menyerahkan urusannya kepada-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan :  Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan. Maka Allah berfirman :  Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat. Maka Allah berfirman :  Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. (HR. Muslim : 598, shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wujuubi qiraa-atil fatihah fii kulli rakatin, juz : 2, hal. 352)
7.    الشفاء (Asy-Syifa). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Asy-Syifa (obat) karena surat ini adalah menjadi obat untuk segala penyakit. Nama ini (Asy-Syifa) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut  :
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ. (رواه الدارمي : 3433 - سنن الدارمي -  المكتبة الشاملة- باب فَضْلِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ - الجزء :  10 – صفحة :  257)
Telah menceritakan kepada kami [Qabishah], telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Abdul Malik bin ‘Umair], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Fatihatul Kitab adalah obat (Syifa’) dari setiap penyakit. (HR.Ad-Darimi : 3433, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab fadhli faatihatil kitaab,  juz : 10, hal. 257)
8.    الرقية )Ar-Ruqyah). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ar-Ruqyah karena surat ini adalah sebagai do’a.  Nama ini (Ar-Ruqyah) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut  :
حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا الْمُتَوَكِّلِ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ الْعَرَبِ فَلَمْ يَقْرُوهُمْ وَلَمْ يُضَيِّفُوهُمْ فَاشْتَكَى سَيِّدُهُمْ فَأَتَوْنَا فَقَالُوا هَلْ عِنْدَكُمْ دَوَاءٌ قُلْنَا نَعَمْ وَلَكِنْ لَمْ تَقْرُونَا وَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَلَا نَفْعَلُ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَجَعَلُوا عَلَى ذَلِكَ قَطِيعًا مِنْ الْغَنَمِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلٌ مِنَّا يَقْرَأُ عَلَيْهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَلَمَّا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ قَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ وَلَمْ يَذْكُرْ نَهْيًا مِنْهُ وَقَالَ كُلُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ. (رواه الترمذي : 1990 - سنن الترمذي – المكتبة الشاملة - بَاب مَا جَاءَ فِي أَخْذِ الْأَجْرِ عَلَى التَّعْوِيذِ - الجزء :  7– صفحة :  395)
 Telah menceritakan kepada kami [Abu Musa Muhammad bin Al-Mutsanna], telah menceritakan kepadaku [Abdush Shamad bin Abdul Warits], telah menceritakan kepada kami [Syu’bah], telah menceritakan kepada kami [Abu Bisyr], ia berkata : Aku mendengar Abu Al-Mutawakkil menceritakan dari [Abu Sa’id], bahwasanya sekelompok orang dari sahabat Nabi saw melewati suatu daerah di tanah Arab, namun mereka tidak menjamunya dan menerima sebagai tamu. Kemudian pemimpin daerah tersebut terkena sakit, sehingga mereka mendatangi kami seraya berkata : Apakah kalian mempunyai obat? Kami menjawab : Ya. Akan tetapi kalian tidak memberikan jamuan untuk kami dan tidak pula menerima kami layaknya seorang tamu. Kami tidak akan memberikanny hingga kalian memberikan jamuan untuk kami. Lalu mereka pun memberikan jamuan sepotong daging kambing. Dan salah seorang dari kami membacakan surat Al-Fatihah dan pemimpin mereka – pun sembuh seketika. Setelah kami menemui Nabi saw, kami pun menuturkan hal itu, lalu beliau bersabda : Siapa yang memberitahu kalian bahwa itu adalah Ruqyah? Saat itu beliau tidak menyebutkan kalimat larangan. Dan beliau bersabda : Makanlah daging itu dan berikanlah satu bagian untukku. (HR. Tirmidzi : 1990, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii akhdzil ajri ‘alat ta’widz, juz : 7, hal. 395)
9.    الواقية Al-Waqiyah. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Sufyan bin ‘Uyainah dengan Al-Wqfiyah (pemeliharaan atau perlindungan), karena memelihara semua kandungan Al-Qur’an.
10.  الكنز Al-Kanz. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Zamakhsyariy dengan Al-Kanz (tempat menyimpan yang tebal), karena surat ini tempat menyimpan semua kandungan Al-Qur’an. 
11.  الكافية Al-Kafiyah (mencakupi). Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Yahya bin Katsir dengan Al-Kafiyah, karena surat ini mencakupi seluruh kandungan Al-Qur’an.   
12.  أساس القرآن Asasul Qur’an. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Ibnu Abbas dengan Asasul Qur’an (dasar, sendi, pokok Al-Qur’an), karena surat ini merupakan dasar, sendi dan pokok dari semua kandungan Al-Qur’an.  [6]


[1]. Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqy (700-774 H),Tafsir Ibnu Katsir,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke 3, tahun 1999 M /1420 H, bab 1, juz 1, hal.102
[2].  Ibid, hal.101
[3]. Muhyissunnah Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi (Wafat 515 H), Tafsir Al-Baghawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke -4, tahun 1997 M – 1417 H,  bab 1, juz 1, hal.49.
[4].  Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Aamaliy Abu Ja’far Ath-Thabariy (224 – 310 H), Tafsir Ath-Thabariy,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke 1, tahun 2000 M/1420 H, bab Alqawl fii ta’wiili asmaai faatihatil kitab, juz : 1, hal. 107)
[5]. Dapat dibaca pula dalam kitab tafsir Ath-Thabariy,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke 1, tahun 2000 M/1420 H, bab Alqawl fii ta’wiili asmaai faatihatil kitab, juz : 1, hal. 107)

[6]. Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir,  Op cit, Tafsir Ibnu Katsir, hal.101
 


   

Sabtu, 19 Januari 2013

RASUL ULUL 'AZMI

Ulu ‘Al-Azmi (أُولُو الْعَزْمِ) adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama Allah. Gelar ini telah dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Ahqaf ayat 35.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS.Al-Ahqaf : 35)

وقد اختلفوا في تعداد أولي العزم على أقوال، وأشهرها أنهم: نوح، وإبراهيم، وموسى، وعيسى، وخاتم الأنبياء كلهم محمد صلى الله عليه وسلم - قد نص الله على أسمائهم من بين الأنبياء في آيتين من سُورَتَي "الأحزاب" و "الشورى"، وقد يحتمل أن يكون المراد بأولي العزم جميع الرّسُل، وتكون {مِنَ} في قوله: {مِنَ الرُّسُلِ} لبيان الجنس، والله أعلم. (منقول من تفسير ابن كثير) Ulama’ beda pendapat tentang jumlah bilangan Rasul ulul ‘azmi, dan pendapat yang paling terkenal ada lima rasul, mereka adalah (1) Nabi Nuh (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Musa (4) Nabi ‘Isa (5) Nabi Muhammad Penutup para Nabi. Dan pendapat yang laian adalah semua Rasul mendapatkan gelar ulul ‘azmi, yaitu rasul-rasul seperti yang terdapat dalam surat Al-Ahzab dan Asy-Syuura. (Dikutip dari tafsir Ibnu Katsir)

 Kisah Ulu al-Azmi :

(1) Nabi Nuh as Kualifikasi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang beriman.

(2) Nabi Ibrahim as Sejak masih bayi Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikaruniai anak hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk “mengasingkan” istri dan anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan Ismail yang baru beranjak remaja. Hal ini pun ia laksanakan, meskipun akhirnya yang disembelih adalah seekor domba. Selain itu ujian Ibrahim yang lain adalah membangun Ka’bah, membersihkan ka’bah dari kemusyrikan, menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

(3) Nabi Musa as Musa termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun, selain itu, dia juga mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala Anak lembu emas. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Tetapi, Musa pernah tidak dapat bersabar ketika berguru kepada Khidir.

(4) Isa as Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah, penolakan, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah. “Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Ia keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibirnya tampak kering karena kehausan. Isa berkata, “Salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?” Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?" Isa menjawab: “Rumahku adalah tempat ibadah, wewangianku adalah air, makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salat ku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di Timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?”

(5) Muhammad saw Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman Abu Thalib yang merawatnya sejak kecil. Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Tokoh-tokoh Quraisy mempelopori pemboikotan tersebut yang isinya antara lain melarang berhubungan jual beli, pernikahan, dan hubungan sosial lainya kepada Bani Hasyim. Pemboikotan yang berjalan sekitar 3 tahun itu dan telah menghabiskan hartanya dan istrinya, Siti Khadijah.

 Sumber :
1. Tafsir Ib nu Katsir
 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Ulul_Azmi

Kamis, 17 Januari 2013

HUKUM MENUNAIKAN ZAKAT

Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan termasuk dari pondasi Islam yang agung. Maka hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi persyaratan. Landasannya adalah Al-Qur'an dan hadits Nabi, antara lain :

وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku´ (QS.Al-Baqarah : 43)

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Baqarah: 110).

Kata perintah pada ayat di atas yang berbunyi “tunaikanlah zakat” adalah menunjukkan perintah ‘wajib’ yang mesti ditunaikan oleh setiap muslim. Hukum wajib ini diperkuat oleh ayat-ayat lain dan hadits Nabi yang memberikan keterangan adanya hukuman yang amat berat bagi orang-orang yang enggan membayar zakat.

Dan hadits berikut ini, Rasulullah saw menggunakan bahasa yang lebih tegas bahwa zakat adalah wajib.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ وَكِيعٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رُبَّمَا قَالَ وَكِيعٌ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ. (واه مسلم : 27- صحيح مسلم - المكتبة الشاملة –بَاب الدُّعَاءِ إِلَى الشَّهَادَتَيْنِ وَشَرَائِعِ الْإِسْلَامِ - الجزء : 1– صفحة : 111)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Kuraib], dan [Ishaq bin Ibrahim], semuanya dari Waki'. [Abu Bakar] berkata : Telah menceritakan kepada kami [Waki'] dari [Zakariya bin Ishaq], dia berkata : Telah menceritakan kepadaku [Yahya bin Abdullah bin Shaifi] dari [Abu Ma'bad] dari [Ibnu Abbas] dari [Mu'adz bin Jabal]. [Abu Bakar] berkata : Barangkali, [Waki'] berkata, dari [Ibnu Abbas], bahwa [Mu'adz] berkata : Rasulullah saw mengutusku. Beliau bersabda : Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang terzhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah. (HR Muslim :27, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babud du’aai ilasy-Syahadain wa syaraai’il islaami, juz : 1, hal. 111)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُسْنَدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو رَوْحٍ الْحَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ. (رواه البخاري :24- صحيح البخاري – المكتبة الشاملة –بَاب فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ- الجزء : 1– صفحة : 42)
Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad Al Musnadi] dia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Abu Rauh Al-Harami bin Umarah] ia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Waqid bin Muhammad] ia berkata : aku mendengar [bapakku] menceritakan dari [Ibnu Umar], bahwa Rasulullah saw telah bersabda : Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah. (HR Bukhari : 24, Shahih Bukhari, Al-Maktbah Asy-Syamilah, bab fa in taabuu wa aqqmush shalaata wa aatuz zakaata, juz : 1, hal. 42)

Pada awal masa pemerintahan khalifah Abu Bakar, yaitu tahun 11 H, beliau memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat. Beliau bersumpah : Demi Allah, akan saya perangi orang-orang yang membeda-bedakan antara shalat dan zakat. Umar berkata : Demi Allah, Allah telah membukakan hati Abu Bakar untuk melakukan peperangan terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat, dan saya yakin bahwa tindakannya itu adalah benar.

ANCAMAN BAGI YANG ENGGAN BAYAR ZAKAT

Sabtu, 12 Januari 2013

KEISTIMEWAAN RASULULLAH SAW

 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ. (رواه مسلم : 812– صحيح مسلم – المكتبة الشاملة - بَاب كِتَاب الْمَسَاجِدِ وَمَوَاضِعِ الصَّلَاةِ – الجزء : 3 – صفحة : 109)
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, ‘Ali bin Hujr. Mereka mengatakan, telah menceritakan kepada kami ‘Isma’il – dia adalah Abu Ja’far- dari Al-‘Ala’ dari Ayahnya dari Abu Hurairah. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Aku diberi keutamaan atas seluruh Nabi dengan 6 keutamaan, [1] Aku diberi Jawami’ul Kalim (sedikit lafadz, banyak maknanya), [2] Aku ditolong dengan Ar Ru’b (rasa takut di hati musuh), [3] dihalalkan bagiku harta rampasan perang, [4] permukaan bumi dijadikan suci dan tempat untuk shalat bagiku, [5] aku diutus untuk seluruh manusia, [6] dan aku adalah penutup para Nabi”. ( HR. Muslim : 812, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab kitab masajid wa mawaadhi’ish shalati, juz : 3, hal. 109)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ قَالَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ قَالَ حَدَّثَنَا سَيَّارٌ هُوَ أَبُو الْحَكَمِ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ الْفَقِيرُ قَالَ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ. (رواه البخاري : 419 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة - بَاب قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا – الجزء : 2 – صفحة : 218) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan -yaitu Al ‘Awaqi- telah menceritakan kepada kami Husyaim berkata. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Sa’id bin An Nadlr berkata, telah mengabarkan kepada kami Husyaim berkata, telah mengabarkan kepada kami Sayyar berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid -yaitu Ibnu Shuhaib Al Faqir- berkata, telah mengabarkan kepada kami Jabir bin ‘Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku, yaitu : (1) aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, (2) dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan bersuci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, (3) dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, (4) para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, (5) aku diberikan (hak) syafa’at. (HR.Bukhari : 419, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

Jumat, 04 Januari 2013

JANGAN MEMINTA JABATAN

Larangan meminta jabatan, dan bahkan lebih baik meninggalkan jabatan  jika tidak mampu memegang amanah atau meninggalkan ambisi terhadap jabatan.

تِلكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَ يُرِيدُونَ عُلُوّاً في الأَرضِ وَلاَ فَسَاداً وَالعَاقِبَةُ لِلمُتَّقِين - القصص: 83

Negeri akhirat [1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) [1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.Al-Qashash : 83)

[1140] Yang dimaksud kampung akhirat di sini ialah kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat.
[1141] Maksudnya: syurga

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ بْنِ فَارِسٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسْأَل الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ. (رواه البخاري : 6227- صحيح البخاري – المكتبة الشاملة - بَاب الْكَفَّارَةِ قَبْلَ الْحِنْثِ وَبَعْدَهُ – الجزء : 20 – صفحة : 440)
 Dari Abdurrahman bin Samurah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : janganlah engkau meminta kepemimpinan (jabatan), sebab jika engkau diberi (jabatan) tanpa memintanya niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah). Namun jika engkau diberi jabatan karena meminta niscaya engkau akan ditelantarkan (tidak akan ditolong oleh Allah). Dan jika engkau bersumpah atas suatu sumpah, kemudian engkau melihat suatu yang lebih baik, maka lakukanlah yang lebih baik itu dan bayarlah kaffarat sumpahmu. (HR.Bukhari : 6227, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Kaffarah Qablal hintsi wa ba’dahuu, juz : 20, hal. 440)

 حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ الْأَكْبَرِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا.(رواه مسلم : 3404 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة - بَاب كَرَاهَةِ الْإِمَارَةِ بِغَيْرِ ضَرُورَةٍ – الجزء : 9 – صفحة : 347)
Dari Abu Dzar, ia berkata : Aku bertanya : Wahai Rasulullah, Tidakkah engkau menjadikan aku sebagai pegawai (pejabat). Abu Dzar berkata : Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangannya seraya bersabda : Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut. (HR. Muslim : 3404, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, karahatil imaarati bighairi dharuuratin, juz : 9, hal. 347)

 حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ. (رواه البخاري : 6615 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة -بَاب مَا يُكْرَهُ مِنْ الْحِرْصِ عَلَى الْإِمَارَةِ – الجزء : 22– صفحة : 59)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda : Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan (jabatan), padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan. Ia adalah seenak-enak penyusuan dan segetir-getir penyapihan. (HR. Bukhari : 6615, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa yukrahu minal hirshi ‘alal imaarah, juz : 22, hal. 59)