Senin, 06 Februari 2012

MENGAPA HATI MATI

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian pertama).

Assww. Saudaraku, suatu ketika, Ibrahim bin Adham melewati sebuah pasar di kota Basrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan bertanya, Wahai Abu Ishaq (nama panggilan untuk Ibrahim bin Adham), Allah berfirman di dalam kitab suci-Nya,

ادعوني أستجب لكم

Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu”. (Q.S. Ghaafir: 60)

Sementara kami selalu berdoa semenjak lama, tetapi tidak kunjung dikabulkan. Mendengar keluhan tersebut, Ibrahim berkata. Wahai warga Basrah, “HATI KALIAN SUDAH MATI” :

Saudaraku, hati yang mati adalah hati yang tidak memiliki saluran atau jaringan yang dapat bersambung dengan Allah, sehingga permohonan tidak terdengar oleh-Nya dan doa-pun tidak dikabulkan pula oleh-Nya.

فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ.

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi YANG BUTA, IALAH HATI yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj : 46)

Ada sepuluh faktor yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”. Bagian Pertama :

عرفتم الله و لم تؤدوا حقه

  1. Kalian mengenal Allah, tetapi tidak mau menunaikan hak-Nya.

Saudaraku, boleh jadi kita kenal Allah sebagai sang Maha pencipta yang berhak untuk disembah, Maha kuasa atas segala sesuatu, Maha kaya dan bahkan mungkin kita kenal bahwa Allah memiliki sifat-sifat kemahasempurnaan yang melampaui segala sesuatu, namun kita abaikan hak-hak Allah untuk disembah, tidak ada ketaatan untuk menjalankan kehendak-Nya dan tidak ada kepatuhan untuk meninggalkan larangan-Nya, sehingga “HATI MENJADI MATI”; dan karenanya, lalu “DOA TIDAK DIKABULKAN”.

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan menjaga hak-hak Allah melalui ketaatan, ketundukan serta sikap rendah hati untuk menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya serta menjauhkan diri dari menyekutukan-Nya dengan sesuatu apaupun. Renungkan firman Allah dan sabda Nabi berikut :

احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ.

Jagalah (hak-hak) Allah niscaya DIA akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. (HR.Ahmad : 2537, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab bidayah Musnad Abdullah bin Abbas, juz : 6, hal. 69)

- penuhilah janjimu kepada-KU (yaitu Janji untuk menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun), niscaya AKU penuhi janji-KU kepadamu…..(QS.Al-Baqarah : 40)

- Maka ingatlah kamu kepada-KU, niscaya AKU ingat (pula) kepadamu (dengan melimpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu). (QS.Al-Baqarah : 152)

- JIKA KAMU MENOLONG (AGAMA) ALLAH, NISCAYA DIA AKAN MENOLONGMU dan meneguhkan kedudukanmu. (QS.Muhammad : 7)

semoga kita menjadi hamba yang mengenal Allah, dan terus berjuang menunaikan hak-Nya. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Kedua)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedua yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قرأتم كتاب الله و لم تعملوا به

Kalian membaca kitabullah, tetapi tidak mau mengamalkannya.

Membaca Al-Qur’an dengan tertil dan ikhlas karena Allah adalah ibadah. Dan nilai ibadahnya akan lebih tinggi ketika Al-Qur’an dibaca dan diserati dengan merenungkan maknanya ayat demi ayat, memahami dan menangkap pesan-pesannya, lalu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu ketika Rasulullah saw meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an untuk dirinya. Lalu Abdullah bin Mas’ud berkata : Aku diminta membacakan Al-Qur’an untukmu wahai Rasulullah, padahal ia diturunkan kepadamu. Beliau bersabda : Sesungguhnya aku suka mendengarnya dari orang lain. [1] Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an, lalu dia membaca surat An-Nisa, namun setelah samapai pada ayat 41,

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Seorang Nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, Apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak). (QS.An-Nisa : 41)

Mendengar ayat tersebut, Rasullallah saw, lalu bersabda : Cukuplah sampai disitu, dan ternyata beliau menangis. Tentu hal ini terjadi karena beliau telah betul-betul memahami maknanya dan telah menagkap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. [2]

Namun apabila Al-Qur’an itu hanya dibaca, dan ISINYA TIDAK MAU DIAMALKAN, maka itulah yang menyebabkan “HATI MENJADI BUTA”, sehingga jaringan atau saluran dengan Allah menjadi terputus dan dampaknya adalah “DOANYA TIDAK DIKABULKAN”.

Rasulullah saw pernah menegaskan, bahwa umatnya akan masuk surga, kecuali “YANG TIDAK MAU”. Bukti tidak mau masuk surga adalah sikap tidak mentaati aturan Allah dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain “ENGGAN MENGAMALKAN KANDUNGAN AL-QUR’AN”.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري : 6737- صحيح البخاري- المكتبة الشاملة -بَاب الِاقْتِدَاءِ بِسُنَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - الجزء : 22 – صفحة : 248)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda : Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan (tidak mau) (masuk surga)? Beliau menjawab : Siapa yang taat kepadaku, dia masuk surga, dan siapa yang membangkang (durhaka) kepadaku dia berarti enggan (tidak mau masuk surga). (HR.Bukhari : 6737, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab iqtida’ bisunani Rasulillah, juz : 22, hal. 248)

Semoga kita menjadi hamba Allah yang cinta baca Al-Qur’an serta berjuang untuk memahami dan mengalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Kedua)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedua yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ketiga)

Assww. Saudaraku, bagian yang ketiga yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

اِدَّعَيْتُمْ حب رسول الله صلى الله عليه وسلم وتركتم سنته

  1. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.

Ketika kita menyataka cinta kepada Rasulullah saw, maka seharusnya meneladani akhlak beliau yang bersumber kepada Al-Qur’an.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ أَخْبِرِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ.(رواه احمد : 24139 – مسند احمد - المكتبة الشاملة – الجزء : 51 – صفحة : 296)

Dar Sa’id bin Hisyam, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah, aku katakan : Tolong kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah saw, ‘Aisyah menjawab : AKHLAK RASULULLAH SAW, ADALAH AL-QURAN. (HR. Ahmad : 24139, Musanad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 51, hal. 296)

Allah menyataka kepada Rasullau saw :

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.Al-Qalam : 4)

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS.Ali ‘Imran : 31-32)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan menjalankan suna-sunah Rasul. Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 4)

Assww. Saudaraku, bagian yang keempat yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

ادعيتم عداوة الشيطان ووافقتموه

Kalian mengaku bermusuhan dengan setan, tetapi kalian akur dengannya.

Saudaraku, Setan berasal dari bahasa Arab “SYATHANA” yang artinya adalah “JAUH DARI KEBENARAN”. Oleh karenanya, hamba yang akur dengan kebatilan, berakrab-akrab dengan perbuatan dosa dan maksiat, itulah hakikat keabraban dengan setan, sehingga “HATINYA MENJADI MATI” dan akibatnya “DOANYA TIDAK DIKABULKAN OLEH ALLAH”.

Saudaraku, ayo kita renungkan dialog antara Nabi Ibrahim dengan sang ayah yang diabadikan dalam Al-Quran :

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا * إِذْ قَالَ لأبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا * يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا * يَا أَبَتِ لا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا * يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا * قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا * قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا * وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا [مريم: 41 -48]

41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan (membenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah) lagi seorang Nabi.

42. ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "WAHAI BAPAKKU, MENGAPA KAMU MENYEMBAH SESUATU YANG TIDAK MENDENGAR, TIDAK MELIHAT DAN TIDAK DAPAT MENOLONG KAMU SEDIKITPUN?

43. Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

44. Wahai bapakku, JANGANLAH KAMU MENYEMBAH SYAITAN. Sesungguhnya SYAITAN ITU DURHAKA kepada Tuhan yang Maha Pemurah.

45. Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu AKAN DITIMPA AZAB DARI TUHAN yang Maha pemurah, maka KAMU MENJADI KAWAN BAGI SYAITAN".

46. berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".

47. berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

48. DAN AKU AKAN MENJAUHKAN DIRI DARIMU DAN DARI APA YANG KAMU SERU SELAIN ALLAH, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".

Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari godaan setan yang terkutuk. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 5)

Assww. Saudaraku, bagian yang kelima yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم نحب الجنة و لم تعملوا لها

Kalian mengatakan cinta kepada surga, tetapi tidak mau beramal menuju ke sana.

Saudaraku, ketika perintah Allah tidak kita taati, dan larangan-Nya tidak kita jauhi, maka itulah sebenarnya penyebab “HATI MENJADI MATI”, dan akibatnya adalah doa tidak diijabah oleh Allah. Rasulullah saw, pernah memberikan petunjuk kepada kita tentang amalan calon penghuni surga, yang pada garis besarnya terdapat dalam hadis berikut ini :

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدِ بْنِ حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا. (رواه البخاري : 1310- صحيح البخاري- المكتبة الشاملة –بَاب وُجُوبِ الزَّكَاةِ وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ – الجزء : 5 – صفحة :203)

Dari Abu Hurairah ra, Ada seorang Arab Badui menemui Nabi saw, lalu bertkata : Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang apabila aku kerjakan akan memasukkan aku ke dalam surga. Beliau bersabda : KAMU MENYEMBAH ALLAH DENGAN TIDAK MENYEKUTUKAN-NYA DENGAN SESUATU APAPUN, KAMU MENEGAKKAN SHALAT YANG DIWAJIBKAN, KAMU TUNAIKAN ZAKAT YANG WAJIB, KAMU BERPUASA DI BULAN RAMADHAN. Kemudian orang Arab badui itu berkata : Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak akan menambah dari perintah-perintah ini. Ketika hendak pergi Nabi saw bersabda : Siapa yang berkeinginan melihat laki-laki penghuni surga, maka hendaklah dia melihat orang ini. (HR.Bukhari : 1310, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab wujubizzakati, juz : 5, hal. 203)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati yang sudah mati dengan memantapkan aqidah tauhid, menanamkan iman sampai menyelinap ke dalam dada, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan syirik, menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah, lalu menumbuh suburkan akhlak yang mulia. Ketika itu terjadi, maka janji Allah pasti kita raih, yaitu “SURGA” yang penuh dengan kedamaian. Semoga kita termasuk hamba Allah yang dipanggil oleh Allah dalam firman-Nya :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr. : 27-30) - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 6)

Assww. Saudaraku, bagian yang keenam yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم نخاف النار وَرَهَـنْـتم أنفسكم بها

Kalian mengatakan takut kepada neraka, tetapi kalian malah menggadaikan diri kalian kepadanya.

Saudaraku, semua hamba yang berakal sehat, tentu tidak ada yang berkeinginan menjadi hamba yang menderita dalam azab api neraka. Akan tetapi tidak sedikit yang secara sengaja menjeruskan dirinya ke dalam neraka dengan kebiasaan “MELAKUKAN LARANGAN ALLAH”, sehingga “HATINYA MANJDI MATI” dan akibatnya donya tidak dikabulkan Allah.

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan cara menjauhi larangan Allah dan berdoa kepada-Nya agar kita dapat meninggalkan amalan-amalan calon penghuni neraka.

Saudaraku, ayo kita berdoa, semoga tutur kata kita, sikap dan amal perbuatan kita sejalan dengan makna doa berikut ini :

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 7)

Assww. Saudaraku, bagian yang ketujuh yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم أن الموت حقٌّ و لم تستعدوا له

Kalian mengatakan bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Saudaraku, Menghadapi kematian, ayo kita mempersiapkan diri dengan memantapkan iman memperbanyak amal shalih yang berkualitas tinggi dan menyempurnakan akhlak karimah, sehingga “HATI KITA MENJADI HIDUP”, dan doa kita diijabah oleh Allah.

Saudaraku, ketika maut telah menjemput kita, maka tempt yang akan kita huni hanya ada dua kemungkinan, yaitu NERAKA yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan yang disediakan bagi pelaku dosa dan maksiat, atau SURGA yang penuh dengan kenikmatan, kedamaian dan kebahagiaan yang disediakan bagi orang yan bertakwa.

اللهم انا نسألك رضاك والجنة برحمتك يا ارحم الراحمين –آمــين
YA ALLAH, KAMI MEMOHON RIDHAMU DAN SURGA, DENGAN RAHMATMU WAHAI DZAT YANG MAHA PEMBERI RAHMAT. Aamiin – Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 8)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedelapan yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

اشتغلتم بعيوب إخوأنكم ونبذتم عيوبكم

Kalian sibuk mencari aib saudara kalian, tetapi mengabaikan aib kalian sendiri.

Saudaraku, Allah swt, memerintahkan kita agar selalu mengadakan koreksi diri, bukan mengamati atau mencari-cari dosa-dosa dan kesalahan orang lain. Firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr : 18)

وقوله: { وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ } أي: حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم (تفسير ابن كثير)

Makna firman Allah : “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”, maksudnya adalah “hisablah dirimu, koreksilah dirimu sebelum kalian dikoreksi oleh Allah, dan renungkan, perhatikan dengan sungguh-sungguh amal shalih apa yang telah kalian tabung/simpan untuk bekal sampai ke tempat kemabli kalian (akhirat). (Tafsir Ibnu Katsir)

Saudaraku, ayo kita adakan muhasabah (koreksi diri) secara muadawamah (terus menerus) jangan suka mencari-cari aib atau dosa orang lain, agar “HATI KITA MENJADI HIDUP”, dan doa kita diijabah oleh Allah.

اللهم نور قلو بنا بنور القرآن وزين اخلاقنا بالقرآن وادخلنا الجنة بالقرآن ونجنا من النار بالقرآن برحمتك ياارحم الراحمين – آمــين

Ya Allah, sinarilah hati kami dengan nur cahaya Al-Qran, hiasilah akhlak kami dengan nilai-nilai kandungan Al-Quran, masukkanlah kami ke dalam surgamu karena menjalankan kehendakMU yang terdapat di dalam Al-Quran dan selamatkan kami dari azab api neraka karena menjauhi laranganMU yang terdapat di dalam Al-Quran, dengan rahmat-MU Yang Maha Pemberi rahmat. Aaminn. Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 9)

Assww. Saudaraku, bagian yang kesembilan yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

أكلتم نعمة ربكم و لم تشكروها

Kalian memakan karunia Tuhan kalian, tetapi kalian tidak mensyukurinya.

Saudaraku, Oksigen tiap detik kita hirup, Ikan di laut tiap hari kita tangkap, dan setiap saat hasil bumi kita nikmati, tetapi Allah yang memberikan nikmat itu kita abaikan, ketaatan kepada-Nya sebagai wujud syukur tidak pernah kita tampilkan, sehingga HATI MENJADI MATI. Padahal sesaat-pun dalam hidup ini nikmat Allah tidak pernah berhenti, sejak kita mulai tidur sampai tidur kembali. Bahkan tidur itu sendiri merupakan nikmat Allah. Dari sekian banyak nikmat itu, yang tidak sanggup kita menghitungnya, ALLAH CUMA MINTA MENSYUKURI NIKMAT ITU. Baik syukur dalam bentuk ucapan, lebih-lebih syukur dalam bentuk perbuatan. Allah berjanji :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. (إبراهيم: 7)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

Ketika kita bersyukur, maka hasilnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Renungkan firman Allah berikut ini :

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab : "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml : 40)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan MENSYUKURI NIKMAT ALLAH, dalam bentuk ketaatan menjalankan kehendak-Nya, sehingga doa kita dikabulkan oleh-Nya.

اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, tolonglah kami agar senantiasa dapat mengingatMu, dan bersyukur kepadaMu serta (semakin) bagus dalam beribadah kepadaMu. Aamiin – Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 10)

Assww. Saudaraku, bagian yang kesepuluh yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

دفنتم موتاكم و لم تعتبروا بهم.

Kalian mengubur orang mati, tetapi tidak mau mengambil pelajaran darinya.

Saudaraku, Rasulullah saw mengingatkan kita agar selalu ingat akan kematian, karena semua manusia pasti akan menemui ajalnya dan nanti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini. Beliau berpesan :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. (HR.Tirmidzi)

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilomu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya. (HR.Muslim)

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Mayyit itu diikuti oleh tiga hal, yang dua kembali dan yang satu terus mengikutinya, ia diikuti oleh keluarga, hanrta dan amalnya, maka kemabalilah keluarga dan hartanya, dan amalnya tetap terus mengikutinya. (HR.Bukhari)

Saudaraku, ayo kita ambil pelajaran dari peristiwa kematian, agar hati terus hidup, dan doa kita diijabah oleh Allah. Wasslm



[1] - حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ السَّلْمَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي. (رواه البخاري : 4668 – صحيح البخاري- المكتبة الشاملة - بَاب الْبُكَاءِ عِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ – الجزء : 15 – صفحة :482 )

[2] - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ : فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا [النساء: 41] قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ (رواه البخاري : 4662 - صحيح البخاري- المكتبة الشاملة -بَاب قَوْلِ الْمُقْرِئِ لِلْقَارِئِ حَسْبُكَ- الجزء : 15 – صفحة : 474 )

Minggu, 05 Februari 2012

KHUTBAH JUM’AT

Dua khutbah sebelum melaksanakan shalat jum’at adalah salah satu syarat sahnya shalat jum’at. [1] Dan dua khutbah shalat jum’at disampaikan berdasarkan kebiasaan Nabi saw. Hadits Nabi :

حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ خُطْبَتَيْنِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَجَلَسَ بَيْنَهُمَا. (رواه مالك : 228 – الموطأ مالك – المكتبة الشاملة - بَاب الْقِرَاءَةِ فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ- الجزء : 1 – صفحة : 335)

Telah menceritakan kepada kami, dari [Malik], dari [Ja’far bin Muhammad] dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw, pada hari jum’at berkhutbah dengan dua kali khutbah, dan beliau duduk diantara keduanya. (HR.Malik : 228, Muwaththa Malik, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babul qiraah fii shalatil juma’ti, juz : 1, hal.335)

Dan secara umum Rasulullah saw menyeru agar kita melaksanakan shalat seperti yang telah beliau contohkan. Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ لَيْلَةً فَظَنَّ أَنَّا اشْتَقْنَا أَهْلَنَا وَسَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا فِي أَهْلِنَا فَأَخْبَرْنَاهُ وَكَانَ رَفِيقًا رَحِيمًا فَقَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي- وَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ. (رواه البخاري : 5549 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة - بَاب رَحْمَةِ النَّاسِ وَالْبَهَائِمِ – الجزء :18 – صفحة : 423)

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], telah menceritakan kepada kami [Isma’il], telah menceritakan kepada kami [Ayyub], dari [Abu Qiladah) dari [Abu Sulaiman Malik bin Al-Huwairits], ia berkata : Kami datang kepada Nabi saw, sedangkan pada waktu itu kami adalah pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Beliau mengira kalau kami merindukan keluarga kami, maka beliau bertanya tentang keluarga kami yang kami tinggalkan. Kami-pun memberitahukannya. Beliau adalah seorang yang sangat lembut dan sangat penyayang. Beliau bersabda : Pulanglah kalian ke keluarga kalian. Tinggallah bersama mereka, dan ajari mereka, serta perintahkan mereka dan “Shalatlah Kalian Sebagaimana Kalian Melihatku Shalat”. Jika telah datang waktu shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan yang paling tua dari kalian menjadi imam kalian. (HR.Bukhari : 5549, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Rahmatin- Naasi wal-Bahaaim, juz : 18, hal. 423)

Rukun Dua Khutbah Jum’at

Rukun khutbah jum’at adalah unsur-unsur yang harus ada atau ditampilkan ketika berkhutbah sebelum shalat jum’at, yaitu :

1. Memuji Allah dengan mengucapkan kalimat “ALHAMDULILLAH” (Segala puji bagi Allah). Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ. (رواه مسلم : 1435 -صحيح مسلم – المكتبة الشاملة - بَاب تَخْفِيفِ الصَّلَاةِ وَالْخُطْبَةِ – الجزء : 4– صفحة : 359)

Telah menceritakan kepada kami [Abdu bin Humaid], telah menceritakan kepada kami [Khalid bin Makhlad], telah menceritakan kepadaku [Sulaiman bin Bilal], telah menceritakan kepadaku [Ja’far bin Muhammad] dari ayahnyua, ia berkata : Aku pernah mendengar [Jabir bin Abdillah] berkata : Khutbah Nabi saw pada hari jum’at adalah beliau memuji Allah dan membaca puji-pujian atasnya. (HR.Muslim : 1435, Shahih Muslim Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Takhfifish shalaati wal-khuthbati, juz : 4, hal.359)

Menurut mazhab Syafi’I hadis ini menjadi dalil bahwa, “MEMUJI ALLAH” di dalam khutbah hukumnya adalah wajib, dan lafaz yang digunakan ditentukan hanya yang berasal dari kata (حَمْدٌ) “HAMD” dan dipersanding dengan lafaz “JALALAH” (الله) seperti : (اَلْحَمْدُ ِللهِ) “ALHAMDULILLAH” (Segala puji bagi Allah) atau (نَحْمَدُ اللهَ) NAHMADULLAAHA (kami memuji Allah), tidak boleh menggunkan lafaz lainnya.[2]

2. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw. Sekurang-kurangnya membaca kalimat shalawat : (اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ) “ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALLA MUHAMMAD” (Semoga Allah memberikan rahmat kepada Nabi Muhammad). Sebagian ulama berpendapat, bahwa shalawat tidak termasuk rukun khutbah, berarti tidak wajib, karena di dalam khutbah Rasulullah saw, tidak terdapat shalawat. Namun demikian, khutbah adalah ibadah yang perlu di dalamnya disebut nama Allah dan Rasul-Nya berdasarkan hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : وَجَعَلْتُ أُمَّتَكَ لَا تَجُوزُ عَلَيْهِمْ خُطْبَةٌ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنَّك عَبْدِي وَرَسُولِي.( مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج - المكتبة الشاملة – باب صلاة الجمعة – الجزء : 3 – صفحة : 475)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda : Allah saw, berfirman : Aku jadikan umatmu tidak boleh berkhutbah hingga mereka bersaksi bahwa engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku. (Mughni Al-Muhtaj ilaa ma’rifati alfaadhil minhaj, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shalatil jum’ati, juz : 3, hal. 475)

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ.(رواه ابو داود : 1308 – سنن ابو داود – المكتبة الشاملة – باب فى الإستغفار – الجزء : 4 – صفحة : 325)

Telah menceritakan kepada kami [Al-Hasan bin Ali], telah menceritakan kepada kami [Al-husain bin Ali Al-Ju’fi] dari [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] dari [Abu Al-Asy’ats Ash-Shan’ani] dari [Aus bin Aus], ia berkata : Nabi saw bersabda : Sesungguhnya diantara hari-hari kalian yang terbaik adalah hari jum’at, maka perbanyaklah shalawat kepadaku, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku. (HR. Abu Dawud : 1308, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Istighfar, juz : 4, hal. 325)

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[3]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[4].(QS. Al-Ahzab : 56)

3. Mengcapkan dua kalimat Syahadat, seperti :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disemabah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah) - atau

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disemabah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya)

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زَيِادٍ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ خُطْبَةٍ لَيْسَ فِيهَا تَشَهُّدٌ فَهِيَ كَالْيَدِ الْجَذْمَاءِ.(رواه ابو داود : 4201 – سنن ابو داود – المكتبة الشاملة – باب فى الإستغفار – الجزء : 12– صفحة : 470)

Telah menceritakan kepad kami [Musaddad] dan [Musa bin Isma’il], mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami [Abdulwahid bin Ziyad], telah menceritakan kepada kami [‘Ashim bin Kulaib] dari ayahnya, dari [Abu Hurairah] dari Nabi saw, bersabda : Setiap khutbah yang di dalamnya tidak ada kalimat syahadat seperti tangan yang putus (buntung). (HR. Abu Dawud : 4201, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Istighfar, juz : 12, hal. 470)

4. Membaca ayat Al-Qur’an padasalah satu dari dua khutbah. Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَحَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ لْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ كَانَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَتَانِ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ.(رواه مسلم : 1426 -صحيح مسلم – المكتبة الشاملة -بَاب ذِكْرِ الْخُطْبَتَيْنِ قَبْلَ الصَّلَاةِ وَمَا فِيهِمَا مِنْ الْجَلْسَةِ- الجزء : 4– صفحة : 347)

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan [Hasan bin Rabi’] dan [Abu Bakar bin Syaibah], [Yahya] berkata : Telah mengabarkan kepada kami, sementara dua orang yang lain berkata : Telah menceritakan kepada kami [Abu Ahwash] dari [Simak] dari [Jabir bin Samurah], ia berkata : Nabi saw melakukan khutbah jum’at dua kali, beliau duduk diantara keduanya. Dalam khutbahnya beliau membaca ayat Al-Qur’an dan memberi peringatan kepada jama’ah.(HR.Muslim : 1426, Shahih Muslim Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab dzikril khutbataini qablash shalati wamaa fihima minal jalsati, juz : 4, hal.347)

5.Berwasiat (memberikan nasehat) dengan takwa, berdasarkan hadits di atas, yaitu “Nabi saw memberi peringatan (nasehat) kepada jam’ah”. Isi nasehat (wasiat) dengan takwa dalam khutbah jum’at adalah seruan untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.[5] Lafaz yang digunaknya dalam nasehat dalam khutbah jum’at tidak ditentukan hanya menggunakan kata, “TAKWA” sepeti (اتَّقُوا اللَّهَ), tetapi boleh menggunakan kata lainnya, seperti kata “TAAT”, umpama (أَطِيعُوا اللَّهَ).[6] contoh dalam ayat Al-Qur’an :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, BERTAKWALAH kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS.Ali ‘Imran : 102)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ

Hai orang-orang yang beriman, TAATLAH KEPADA ALLAH dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya). (QS. Al-Anfal : 20)

Penjelasan/uraian khutbah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh jama’ah. Firman Allah :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ .....

Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.(QS.Ibrahim : 4)

6.Berdoa untuk kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat pada khutbah yang kedua. Sebagian ulama berpendapat bahwa doa dalam khutbah tidak wajib (bukan rukun). Akan tetapi Rasulullah saw pernah berdoa ketika berkhutbah untuk shalat jum’at :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ وَعَنْ يُونُسَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَ الْكُرَاعُ وَهَلَكَ الشَّاءُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَسْقِيَنَا فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا. (رواه البخاري : 880 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة -بَاب رَفْعِ الْيَدَيْنِ فِي الْخُطْبَةِ – الجزء : 3 – صفحة : 472)

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], ia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Abdul Aziz bin Shuhaib] dari [Anas] dar dari [Yunus] dari [Tsabit] dari [Anas]ia berkata : Ketika Nabi saw sedang menyampaikan khutbah pada hari jum’at, tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri dan berkata : Wahai Rasulullah, telah binasa binatang ternak (kuda/unta), dan telah binasa pula kambing (kehidupan telah menjadi sulit), maka berdoalah kepada Allah agar diturunkan hujan buat kami. Lalu Rasulullah saw menengadahkan kedua tangannya dan berdoa. (HR.Bukhari : 880, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Raf’il yadain fil-khutbati, juz : 3, hal. 472)



[1]. Taqiyuddin Al-Imam, Kifayatul Akhyar, juz :1, Darul Ilmi, Surabaya Indonesia, tanpa tahun, hal. 121

[2]. Lihat Syarhun Nawaawi ‘alaa Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Takhfifish shalaati wal-khuthbati, juz : 3, hal. 248.

[3]. Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.

[4]. Dengan mengucapkan Perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.

[5]. Baca kitab I’aanatuth Thaalibiin, Al-Maktabah Ady-Syamilah, bab/juz : 3, hal. 78

[6]. Baca kitab Asnal mathaalib, Al-Maktabah Ady-Syamilah, bab Far’un At-Takhalluf ‘an shalaatin, juz : 3, hal.461

Sabtu, 04 Februari 2012

TEGAKKAN KEBENARAN

Saudaraku, Orang yang menegakkan kebenaran Janganlah menjadi korban karena hendak membela para pengkhianat. Suatu ketika pada zaman Rasulullah saw, terjadi PENCURIAN YANG DILAKUKAN THU'MAH dan ia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. THU'MAH TIDAK MENGAKUI PERBUATANNYA ITU MALAH MENUDUH BAHWA YANG MENCURI BARANG ITU ORANG YAHUDI. Hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi saw dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, NABI SENDIRI HAMPIR-HAMPIR MEMBENARKAN TUDUHAN THU'MAH DAN KERABATNYA ITU TERHADAP ORANG YAHUDI. Berkaitan dengan hal tersebut, maka turunlah ayat berikut ini :

إِنَّا أَنزلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا (النساء : 105)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia DENGAN APA YANG TELAH ALLAH WAHYUKAN KEPADAMU, dan JANGANLAH KAMU MENJADI PENANTANG (ORANG YANG TIDAK BERSALAH), KARENA (MEMBELA) ORANG-ORANG YANG KHIANAT. (QS.An-Nisa’ : 105)

Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan PENCURIAN YANG DILAKUKAN THU'MAH dan ia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri barang itu orang Yahudi. Hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi saw dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi, Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, Nabi sendiri Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.