Rabu, 03 Maret 2010

BERSAHABAT DENGAN AKHLAK MULIA(سراج الدين شمس العارفين نور)

Berlaku lemah lembut yang dipersandingkan dengan rangkaian kata yang santun dan menyejukkan hati adalah anugerah Allah yang mesti kita tampilkan dalam persahabatan. Berjuang menjauhkan diri dari sikap keras lagi berhati kasar. Tampil menjadi seorang sahabat yang pema’af, dan suka bermusyawarah dalam menghadapi masalah dengan terus bertawakkal kepada Allah. Renungkan Firman Allah :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali ‘Imran [3] : 159)

Dalam persahabatan menjadikan Rasulullah saw sebagai suri teladan yang baik (Uswatun Hasanah) : Firman Allah :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Persahabatan mesti dihiasai dengan “Kasih Sayang”, karena itu merupakan misi Rasulullah saw yang mesti kita tebarkan di muka bumi. Beliau diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Firman Allah :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya [21] :107)

Budayakan saling menasehati dalam persahabatan, karena hal itu merupakan kehendak Allah. Firmana Allah :

وَالْعَصْرِ - إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ- إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS.Al-‘Ashr [103] :1-3)

Tanamkan Keikhlasan dalam persahabatan, karena persahabatan merupakana salah satu bentuk ibadah. Bukan sekedar keikhlasan personal, tetapi perjuangkan keikhlasan kolektif. Banyak dalam Al-Qur’an ayat yang menuntut keikhlasan tidak hanya secara individual, tetapi juga diperintahkan secara kolektif. Renungkan firman Allah :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS.A;-Bayyinah [98] : 5)

Hindari perkataan dan perbuatan yang dapat menyulitkan sahabat kita, karena Allah tidak menghendaki yang demikian itu. Jadilah sahabat yang pandai berterimakasih yang selalu bersih dalam perkataan dan perbuatan dalam suasana iman.

مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 6

Kita harus teguh pendirian dalam menjalin persahabatan, jangan gampang terpengaruh dengan sesuatu yang ditampilkan oleh sahabat kita. Bila tampilan sahabat kita bernuansa keimanan, maka wajib kita merespon positiv, dan bila sebaliknya, maka wajib kita menghindarkan diri.

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آَمَنُوا سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ.....

(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para Malaikat : "Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir,.... (QS. Al-Anfaal [8] :12)

لاَتَصْحَبِ الْكَسْلاَنَ فِيْ حَالاَتِهِ – كَمْ صَالِحٍ بِفَسَادِ آخَرَ يَفْسُدُ

Janganlah kamu bersahabat dengan orang yang malas dalam segala halnya – sebab banyak orang yang baik menjadi rusak akibat rusaknya teman.

Semoga persahabatan kita menjadi persahabatan yang diwarnai oleh akhlak mulia, yang selalu mendapatkan kucuran rahmat dan dan rido Allah. Aamiin.

Senin, 01 Maret 2010

SEDEKAH

Semua orang pasti mampu untuk bersedekah, karena setiap kebaikan yang dilakukannya adalah mengandung nilai sedekah. Jangan membuang-buang waktu, senanglah bersedekah, mumpung kesempatan masih terbuka luas.

حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ قَالَ تَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، قَالَ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيطُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ. (رواه مسلم : 1677-صحيح مسلم – بَاب بَيَانِ أَنَّ اسْمَ الصَّدَقَةِ يَقَعُ عَلَى كُلِّ نَوْعٍ مِنْ الْمَعْرُوفِ -الجزء : 5- صفحة : 180)

Abu Hurairah bercerita kepada kami, diterima dari Muhammad Rasulullah saw, ia menuturkan sebuah hadis, antara lain : Rasulullah saw, bersabda : Setiap ruas tulang manusia wajib bersedekah setiap hari, di mana matahari terbit. Selanjutnya beliau bersabda : Berlaku adil antara dua orang adalah sedekah, membantu seseorang (yang kesulitan menaikkan barang) pada hewan tunggangannya, lalu ia membantu menaikkannya ke atas punggung hewan tunggangannya atau mengangkatkan barang-barangnya adalah sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda : Perkataan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang dikerahkan menuju salat adalah sedekah dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah. (HR.Muslim : 1677, Shahih Muslim, Bab Anna ismash-Shadaqati Yaqa’u ‘alaa kulli naw’in minal-Ma’ruf, juz 5, hal. 180)

حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ قَالَ سَمِعْتُ حَارِثَةَ بْنَ وَهْبٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تَصَدَّقُوا فَيُوشِكُ الرَّجُلُ يَمْشِي بِصَدَقَتِهِ فَيَقُولُ الَّذِي أُعْطِيَهَا لَوْ جِئْتَنَا بِهَا بِالْأَمْسِ قَبِلْتُهَا فَأَمَّا الْآنَ فَلَا حَاجَةَ لِي بِهَا فَلَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا. (رواه مسلم : 1679 -صحيح مسلم –بَاب التَّرْغِيبِ فِي الصَّدَقَةِ قَبْلَ أَنْ لَا يُوجَدَ مَنْ يَقْبَلُهَا -الجزء : 5- صفحة : 184)

Syu’bah bercerita kepada kami, diterima dari Ma’bad bin Khalid, ia berkata : Saya telah mendengar Haritsah bin Wahab berkata : Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda : Bersedekahlah kalian, karena hampir saja seseorang berjalan membawa sedekahnya, lalu orang yang hendak diberi sedekah berkata : Seandainya engkau memberikan kepadaku kemarin, tentu aku menerimanya. Sekarang aku tidak lagi memerlukannya. Orang itu tidak menemukan orang yang mau menerima sedekahnya. (HR.Muslim : 1679, Shahih Muslim, Bab Attarghib qabla an la yujad man yaqbaluha, juz 5, hal. 184)

حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لَأَتَصَدَّقَنَّ اللَّيْلَةَ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ زَانِيَةٍ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ غَنِيٍّ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى غَنِيٍّ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ وَعَلَى سَارِقٍ فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ أَمَّا صَدَقَتُكَ فَقَدْ قُبِلَتْ أَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا تَسْتَعِفُّ بِهَا عَنْ زِنَاهَا وَلَعَلَّ الْغَنِيَّ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ وَلَعَلَّ السَّارِقَ يَسْتَعِفُّ بِهَا عَنْ سَرِقَتِهِ. (رواه مسلم : 1698 -صحيح مسلم – بَاب ثُبُوتِ أَجْرِ الْمُتَصَدِّقِ وَإِنْ وَقَعَتْ الصَّدَقَةُ فِي يَدِ غَيْرِ - الجزء : 5- صفحة : 209)

Hafash bin Maisarah bercerita kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Abi Azzinad, dari Al-A’raj, diterima dari Abu Hurairah, bersumber dari Nabi saw, beliau bersabda : Seorang lelaki berkata : Sungguh aku akan mengeluarkan sedekah pada malam ini. Lalu ia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan seorang wanita pezina. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Tadi malam, seorang wanita pezina mendapatkan sedekah. Lelaki itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada wanita pezina). Aku akan bersedekah lagi. Dia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan orang kaya. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada orang kaya. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada orang kaya). Aku akan bersedekah lagi. Kemudian ia keluar membawa sedekah dan jatuh ke tangan pencuri. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada pencuri. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, sedekahku ternyata jatuh pada wanita pezina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu ia didatangi (malaikat) dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi wanita pezina itu akan menghentikan perbuatan zinanya, karena sedekahmu, orang kaya dapat mengambil pelajaran dan mau memberikan sebagian apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan mungkin saja si pencuri menghentikan perbuatan mencurinya, karena sedekahmu. (HR.Muslim : 1698, Shahih Muslim, Bab Tsubuti Ajril Mutashadiq wa in waqa’at Ash-Shadaqatu fi yadi ghairi, juz 5, hal. 209)

حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ زَيْنَبَ امْرَأَةِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَدَّقْنَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ وَلَوْ مِنْ حُلِيِّكُنَّ قَالَتْ فَرَجَعْتُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ فَقُلْتُ إِنَّكَ رَجُلٌ خَفِيفُ ذَاتِ الْيَدِ وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَمَرَنَا بِالصَّدَقَةِ فَأْتِهِ فَاسْأَلْهُ فَإِنْ كَانَ ذَلِكَ يَجْزِي عَنِّي وَإِلَّا صَرَفْتُهَا إِلَى غَيْرِكُمْ قَالَتْ فَقَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بَلْ ائْتِيهِ أَنْتِ قَالَتْ فَانْطَلَقْتُ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِبَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَتِي حَاجَتُهَا قَالَتْ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُلْقِيَتْ عَلَيْهِ الْمَهَابَةُ قَالَتْ فَخَرَجَ عَلَيْنَا بِلَالٌ فَقُلْنَا لَهُ ائْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبِرْهُ أَنَّ امْرَأَتَيْنِ بِالْبَابِ تَسْأَلَانِكَ أَتُجْزِئُ الصَّدَقَةُ عَنْهُمَا عَلَى أَزْوَاجِهِمَا وَعَلَى أَيْتَامٍ فِي حُجُورِهِمَا وَلَا تُخْبِرْهُ مَنْ نَحْنُ قَالَتْ فَدَخَلَ بِلَالٌ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ هُمَا فَقَالَ امْرَأَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ وَزَيْنَبُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الزَّيَانِبِ قَالَ امْرَأَةُ عَبْدِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهُمَا أَجْرَانِ أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ. (رواه مسلم : 1667-صحيح مسلم – بَاب فَضْلِ النَّفَقَةِ وَالصَّدَقَةِ عَلَى الْأَقْرَبِينَ وَالزَّوْجِ وَالْأَوْلَادِ وَالْوَالِدَيْنِ وَلَوْ كَانُوا مُشْرِكِينَ - الجزء : 5- صفحة : 168)

Abu Akhwash bercerita kepada kami, dari Al-A’masy, dari Abu Wail, dari ‘Amer bin Al-Harits, dari Zainab isteri Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda: Bersedekahlah kalian, wahai kaum wanita, meskipun dari perhiasan kalian! Kemudian aku (Zainab) kembali kepada Abdullah, dan berkata: Engkau adalah seorang lelaki yang tidak banyak harta, sedangkan Rasulullah saw. telah memerintahkan kita untuk bersedekah, maka datanglah kepada beliau untuk menanyakan apakah cukup sedekahku aku berikan kepadamu. Jika tidak, aku akan berikan kepada selain engkau. Abdullah berkata: Engkau sajalah yang datang menemui beliau. Lalu berangkat, ternyata di depan pintu rumah Rasulullah saw. sudah ada seorang wanita Ansar yang sama keperluannya dengan keperluanku. Pada saat itu Rasulullah saw. sedang merasa segan, lalu Bilal keluar menemui kami. Kami berkata kepadanya: Temuilah Rasulullah saw. beritahukan kepada beliau bahwa ada dua orang wanita di depan pintu yang ingin bertanya: Apakah cukup sedekah keduanya diberikan kepada suami mereka dan kepada anak-anak yatim yang berada dalam tanggungan mereka? Tapi jangan katakan siapa kami. Lalu Bilal masuk menemui Rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau. Rasulullah saw. bertanya: Siapakah mereka berdua? Bilal menjawab: Seorang wanita Ansar dan Zainab. Rasulullah saw. bertanya: Zainab yang mana? Bilal menjawab: Istri Abdullah. Rasulullah saw. bersabda kepada Bilal: Mereka berdua mendapatkan dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah. (HR.Muslim : 1667, Shahih Muslim, Bab Fadhlun-Nafaqah wash-Shadaqah ‘alal-Aqrabin wazzauj wal-Awlad wal-Walidain walau kanuu Musyrikin, juz 5, hal. 168)

أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ فِي الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى أَحَدٍ يُدْعَى مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ. (رواه مسلم :1705-صحيح مسلم –بَاب مَنْ جَمَعَ الصَّدَقَةَ وَأَعْمَالَ الْبِرِّ - الجزء : 5- صفحة : 219)

Yunus mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Humaid bin Abdirrahman, diterima dari Abu Hurairah :Bahwa Rasulullah saw, bersabda : Barang siapa berinfak dengan sepasang (kuda, unta dan sebagainya) di jalan Allah, maka di surga ia dipanggil: Wahai hamba Allah, pintu ini adalah lebih baik. Barang siapa termasuk ahli salat, maka ia dipanggil dari pintu salat. Barang siapa termasuk ahli jihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barang siapa termasuk ahli sedekah, maka ia dipanggil dari pintu sedekah. Dan barang siapa termasuk ahli puasa, maka ia dipanggil dari pintu Rayyan. Abu Bakar Sidik bertanya: Wahai Rasulullah, apakah setiap orang pasti dipanggil dari pintu-pintu tersebut. Apakah mungkin seseorang dipanggil dari semua pintu? Rasulullah saw. bersabda: Ya, dan aku berharap engkau termasuk di antara mereka (yang dipanggil dari semua pintu). (HR.Muslim : 1667, Shahih Muslim, Bab Man jama’ash Shadaqah wa a’malalbirr, ,juz 5, hal.219)

KEUTAMAAN MENCARI ILMU

Mencari Ilmu adalah perintah Allah bagi hamba-bamba-Nya yang beriman. Iman adalah alat kontrol rohaniyah, sehingga tidak salah langkah dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Namun iman harus dipersandingkan dengan ilmu. Dan dengan ilmu, hamba yang beriman menjadi terampil.

Allah akan mengangkat derajat hamba yang beriman dan berilmu, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Mujadilah [58] : 11)

Mencari ilmu karena Allah akan diampuni dosa-dosanya, akan dimudahkan menuju surga serta mendapatkan nilai seperti orang yang berjuang fi sabilillah. renungkan sabda Nabi berikut ini :

عَنْ سَخْبَرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا مَضَى. (رواه الترمذي : 2572-سنن الترمذي- بَاب فَضْلِ طَلَبِ الْعِلْمِ- الجزء : 1 – صفحة : 138)

Dari Sakhbarah, diterima dari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapa yang mencari ilmu, maka usahanay itu menjadi penebus dosa yang telah lalu. (HR.Tirmidzi : 2572, Sunan Tirmidzi, Bab Fadhli Thalabil-Ilmi, Juz 1, hal. 138)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ.(رواه الترمذي : 2571-سنن الترمذي- بَاب فَضْلِ طَلَبِ الْعِلْمِ- الجزء : 9 – صفحة : 244)

Dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang keluar dalam rangka mencari ilmu, maka nilainya sama dengan perjuangan fii sabiilillaah hingga ia pulang.(HR.Tirmidzi : 2571, Sunan Tirmidzi, Bab Fadhli Thalabil-Ilmi, Juz 9, hal.244)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (رواه الترمذي : 2570-سنن الترمذي- بَاب فَضْلِ طَلَبِ الْعِلْمِ- الجزء : 9 – صفحة : 242)

Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR.Tirmidzi : 2570, Sunan Tirmidzi, Bab Fadhli Thalabil-Ilmi, Juz 9, hal.244)

Banyak contoh yang ditampilkan para sahabat Rasulullah saw, dalam hal kegigihannya menuntut ilmu berdasarkan iman. Di antaranya adalah sahabat Rasulullah sekaligus kerabat terdekatnya bernama Abdullah bin Abbas, yang sangat besar jasanya dalam mengembangkan islam terutama dalam bidang ilmu. Ia lahir tiga tahun sebelum peristiwa hijrah dan ketika Rasulullah saw., wafat ia berusia tiga belas tahun. Karena ketekunan dan kecerdasan yang dimilikinya ia mampu menghafal 1000 hadis sejak masih tergolong usia muda. Sejak usia tujuh tahun ia hampir tak pernah lepas dari Rasulullah. Dimana ada Rasulullah, di sana hampir selalu ada Abdullah bin Abbas. Ketika Rasulullah saw masih hidup, ia mencari ilmu langsung mendapatkan dari sumber aslinya. Akan tetapi setelah beliau wafat, maka Abdullah bin Abbas mencari ilmu kepada para sahabat. Bagaimana ketekunannya dalam mencari ilmu, Ibnu Abbas sendiri berkisah : Bila ada berita tentang hadis pada salah seorang sahabat Rasulullah, maka aku segera mendatanginya walaupun saat tidur siang. Di muka pintu rumahnya, aku berbaring berbantalkan pakaian luarku. Kadangkala angin berhembus menerpaku. Sebenarnya yang punya rumah pasti membukakan pintunya bila aku mau mengetuk. Akan tetapi aku tidak ingin mengganggu ketenangannya. Bila yang punya rumah keluar dan mendapatiku dalam keadaan begitu, maka dia berkata : Wahai putra paman Rasulullah,[1] apa yang membuat engkau datang sendiri? Seandainya engkau mengirim utusan, tentulah aku bisa datang. Abdullah bin Abbas menjawab : Akulah yang harus datang, sebab ilmu itu di datangi bukan mendatangi.

Sahabat yang lain seperti Abu Hurairah, telah banyak berkorban untuk bisa memperoleh ilmu dari sumber aslinya, yaitu Rasulullah saw. Begitu ia berniat, maka ditinggalkan semua pekerjaannya. Ia mengikuti ke mana saja Rasulullah saw, sering menyampaikan khutbah dan fatwanya, sehingga ia berhasil menghimpun ribuan hadis. Kecintaan Abu Hurairah terhadap ilmu, dibuktikan dengan pengorbanannya yang tidak sedikit. Ia sanggup hidup perihatin bertahun-tahun bahkan karena sangat laparnya __ sementara ia tidak ingin kehilangan ilmu sebab meninggalkan Rasulullah __ ia mengikatkan batu di perutny agar rasa lapar sedikit berkurang. Rasa lapar yang sering dialami tidak menyurutkan nyali Abu Hurairah untuk dekat dengan Rasulullah supaya memperoleh banyak ilmu. Ia berkata : “Adakalanya karena sangat lapar aku menghadang sahabat Rasulullah di jalan untuk menanyakan ayat-ayat Al-Qur’an, padahal sebenarnya sudah aku pahami, hanya supaya aku diajak ke rumahnya dan diberi makan”.[2]

Dari dua kisah tersebut di atas, ternyata untuk mendapatkan ilmu diperlukan adanya perjuangan dan pengorbanan yang didasari keyakinan yang mendalam, bahwa ilmu yang dicari itu akan mendatangkan manfaat, baik dalam program jangka pendek maupun program jangka panjang, yaitu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Bagi orang yang beriman, ilmu merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi, termasuk dalam beribadah, seperti membaca Al-Qur’an diperlukan ilmu tajwid; demikian pula ibadah shalat, puasa, haji dan lainnya, diperlukan ilmu yang berhubungan dengan tata cara menjalankan ibadah itu.

Dalam sebuah kisah, pernah Rasulullah datang ke masjid melalui suatu pintu. Dilihat oleh beliau syetan sedang berada di sisi pintu, maka Rasulullah saw, bertanya, “Hai Iblis, apa yang kamu kerjakan di sini?” Setan menjawab, “Aku hendak masuk masjid untuk menghancurkan shalatnya orang itu, tapi aku takut kepada orang yang tidur ini.” Rasulullah saw, bertanya, “Mengapa kamu tidak takut kepada orang yang shalat padahal dia sedang beribadah dan menghadap Allah, justru kamu takut kepada orang yang sedang tidur itu, padahal dia lalai?” Setan menjawab, “Orang yang shalat itu bodoh dan mengganggu dia itu mudah saja. Akan tetapi orang yang tidur itu ahli ilmu. Jika saya mengganggu si bodoh dan menjadikan shalatnya rusak dan batal, maka saya takut si ahli ilmu itu bangun dan membenarkan shalatnya dengan segera.”[3]

Kisah ini bukan berarti membenarkan orang berilmu tidur melulu, akan tetapi mengandung informasi, bahwa berilmu itu lebih baik dari orang yang bodoh sekalipun si bodoh itu tekun beribadah. Tidak perlu membandingkan orang berilmu yang ahli ibadah dengan orang bodoh yang juga ahli ibadah, pasti jaraknya sangat jauh.

Amal tanpa ilmu tertolak, seperti yang dinyatakan dalam sebuah syair berikut ini :

وَكُلُّ مَنْ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَعْمَلُ – اَعْمَالُهُ مرْدُوْدَةٌ لاَ تُقْبَلُ

Setiap orang yang beramal (bekerja dan termasuk beribadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya tertolak, tidak akan diterima oleh Allah.



[1]. Abbas adalah paman Rasulullah, yaitu saudara lak-laki dari ayahnya yang bernama Abdullah. Abbas mempunyai seorang anak diberi nama Abdullah. Jadi, Abdullah bin Abbas adalah saudara sepupu Rasulullah

[2]. Hidayatullah, Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan, edisi 05/THX/September 1997/Rajab 1418/hal. 52-53

[3] Ibid., edisi 09/TH V/Januari 1993/Rajab 1413/ hal. 8-9