Rabu, 14 September 2016

SURAT AL-BAQARAH AYAT 37



Al-Baqarah  Ayat 37
 Adam menyesali nasibnya. Dia yang bertanggung jawab, sehingga istrinya-pun telah turut tergelincir karena tidak tahan oleh rayuan setan.  Mereka merasa menyesal atas kesalahan yang telah diperbuamya dan larangan yang telah dilanggarnya, tetapi mereka  tidak tahu dengan cara apa menyusun kata yang pantas buat diucapkannya agar mereka diampuni, diterima taubatnya atas kesalahan itu dan diberi maaf. Kesalahan yang timbul karena belum ada pengalaman atau karena kurang waspada, kurang  awas, kurang cermat, kurang hati-hati atas tipuan atau perdayaan musuh yang selalu mengintai kelemahan dan kelalaian. Lalu  Allah mengajarkan beberapa kalimat untuk bertaubat, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya berikut ini :
فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Mahapenerima taubat lagi Maha-penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 37)
Awal ayat 37 : فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya”  
Sehubungan dengan makna firman Allah pada awal ayat 37 ini, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits yang sanadnya dari Ubai bin Ka’ab, ia berkata : Rasulullah saw bersabd : Adam berkata : Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertaubat dan kembali, apakah Engkau akan mengembalikan aku ke surga? Allah menjawab : Ya.
Yang dimaksud dengan “beberapa kalimat” pada ayat tersebut terdapat beberapa pendapat :  
1.     Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-‘Aaliyah, bahwa sesungguhnya setelah Adam melakukan kesalahan, ia berkata : Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertaubat dan memperbaiki diriku? Allah berfirman : Kalau begitu Aku akan memasukkan kamu ke surga. Inilah yang dimaksukan dengan pengertian “beberapa kalimat”. [1]
2.     Abu Ishaq As-Sabi’i meriwayatkan dari seorang laki-laki Bani Tamim yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Ibnu Abbas, lalu bertanya kepadanya tentang “beberapa kalimat”  yang diberikan Allah kepada Adam. Ibnu Abbas menjawab : “Ilmu mengenai ibadah haji”.[2]
3.     Khushaif meriwayatkan dari Mujahid yang mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan beberapa kalimat ialah sebagai berikut :
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raaf  23)
4.     Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid yang mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan beberapa kalimat ialah sebagai berikut:
اَللّهُمَّ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ إِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka berikanlah ampunan kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang Maha Pengampun.
 اَللّهُمَّ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka berikanlah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
اَللّهُمَّ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.[3]
Akhir ayat 37 :    إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ “Sesungguhnya Allah Mahapenerima taubat lagi Maha-penyayang.”
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang  sama dengan makna ayat pada akhir ayat 37 surat Al-Baqarah ini, antara lain :
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ  
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS.At-Taubah: 104)
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. An-Nisaa: 110)
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal sholeh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan Taubat yang Sebenar- benarnya. (QS.Al-Furqan : 71)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah swt Mahapenerima taubat orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya. Dan banyak pula disebutkan dalam Hadits, antara lain :
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ. (رواه مسلم : 4872 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب استحباب الإستغفار والإستكثار منه – الجزء :    13– صفحة :    218)
Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya. (HR Muslim  :4872 , Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Istihbabul istighfar wal-Iktsar minhu, juz 13, hal. 218)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا. (رواه مسلم :4954 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب قبول التوبة من الذنوب وان تكررت الذنوب– الجزء :    13– صفحة :   322)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Amer bin Murrah, ia berkata : Saya pernah mendengar Abu ‘Ubaidah menceritakan sebuah hadits dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda : Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat. (HR Muslim : 4954, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Dzikrut taubah, juz 13, hal. 322)
حَدَّثَنَا رَاشِدُ بْنُ سَعِيدٍ الرَّمْلِيُّ أَنْبَأَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ ابْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ  : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه ابن ماجه : 4243 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب  ذكر التوبة – الجزء :   12– صفحة :  304)
Telah menceritakan kepada kami Rasyid bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Walid bin Muslim, dari Ibnu Tsauban, dari ayahnya, da telah menceritakan kepada kami dari Makhul, dari Jubair bin Nufair, dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah  saw  bersabda : Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla sungguh akan menerima taubat seorang hamba selama (ruh) belum sampai di tenggorokan. (HR. Ibnu Majah : 4243, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Dzikrut taubah, juz 12, hal. 304)
حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَيُّوبَ قَالَ وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطُّفَاوِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ الْمَعْنَي عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ. (رواه أحمد  : 17578 – مسند احمد– المكتبة الشاملة – باب  حديث رَجُلٍ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ   – الجزء :    37– صفحة :   348)
Telah menceritakan kepada kami Mu’tamir, ia berkata : Saya pernah mendengar berkata : dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman Ath-Thufawi, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ayuub Al-Makna, dari Humaid bin Hilal, dari Abi Burdah, dari seorang laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau mengatakan : Saya pernah mendengar Nabi saw bersabda : Wahai   manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dan mohonlah ampunan kepada-Nya, maka sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan aku memohon ampunan  kepada-Nya setiap hari sebanyak 100 kali atau lebih dari 100 kali. (HR.Ahmad : 17578, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Hadits Rajul minal muhajirin, juz 37, hal. 348)
Kata terakhir dari ayat 37 surat Al-Baqarah adalah الرَّحِيمُ  (Arrahiim), yaitu Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang kasih-Nya tiada pilih kasih dan sayang-Nya tanpa padang sayang. Allah mendorong Adam untuk bertaubat setelah melakukan kesalahan dengan mengajarkan beberapa kalimat dan menerima taubatnya adalah termasuk kasih sayang-Nya.
Rasulullah saw menuturkan firman Allah dalam hadits Qudsi, bahwa rahmat-kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقُرَشِيُّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي. (رواه البخاري : 2955 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب ما جاء في قول الله تعالى وهو الذي يبدأ – الجزء : 10 – صفحة : 466)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Mughirah bin Abdirrahman Al-Qurasyi, dari Abi Zinad, dari Al-A’raj,  dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Ketika Allah menciptakan makhluk-Nya, Ia menuliskan (ketetapan) dalam sebuah kitab yang kitab tersebut berada di atas arsy : Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku. (HR. Bukhari : 2955,  Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  maa jaa-a fii qaulillahi wa wuwa yabd yabda’u, juz 10, hal. 466)
Surat Al-Baqarah ayat 37 ini menjadi dalil, bahwa Allah akan menyiksa hamba-Nya yang tetap melakukan perbuatan dosa dan akan membebaskan dari azab bila ia bertaubat. Iblis tidak bertaubat, sehingga tempatnya adalah Jahannam; sedangkan Adam bertaubat dan meninggalkan perbuatan dosa dan taubatnya diterima oleh Allah.[4]


[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 239
[2]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 238
[3]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 545
[4]. Baca tafsir Bahrul Ulum Lis-Samarqandy, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 2, hal. 103