Rabu, 12 Juni 2013

ISIM 'ADAD dan MA'DUD



ISIM 'ADAD  dan MA’DUD
ISIM 'ADAD  (BILANGAN, HITUNGAN) DAN BENDA YANG DIHITUNG (MA’DUD).
1.      Hitungan 1 & 2  disebut dengan adad khas karena adad dan ma’dudnya selalu sama akan tetapi posisi adad sesudahnya menjadi sifat. Contoh :كتاب واحد، سيارتان اثنتان  Namun yang masyhur  menggunakan sighat mufrod atau tatsniyahnya saja. Contoh : سيارة   -    سيارتان
    2.      Hitungan 3 – 10  harus memenuhi ketentuan berikut ini :
a.   Adad selalu berlawanan denga ma’dudnya yaitu apabila ma’dudnya muannats, maka adad harus mudzakkar begitu pula sebaliknya.
b.   Ma’dud berbentuk jama’ dan dijirkan menjadi modhof ilaih.
c.   Adad ini disebut ADAD MUDHAF. Contoh :
المذكر
المؤنث
العدد
المعدود
العدد
المعدود
ثلاثة
اقلام
ثلاث
كراسات
خمسة
كراسي
خمس
سبورات
تسعة
كتب
تسع
سيارات
عشرة
طلاب
عشر
طالبات
 3. Hitungan 11 & 12 ini mudah untuk dipraktekkan karena adad dan ma’dudnya selalu sama,  baik satuan maupun puluhannya, namun MA’DUD berbentuk MUFRAD dan MANSHUB menjadi TAMYIZ dengan memakai ,أحد - إحدى dan اثنان -  اثنتان  yang i’rabnya sama dengan isim tatsniyah. Contoh :  احد عشر كوكبا ، اثنتا عشرة جريدة
4. Hitungan 13 – 19  harus memperhatikan syarat berikut :
a. Adad satuan selalu berlawanan dengan ma’dudnya (mudzakkar/ muannats).
b.  Adad puluhan selalu sama denga ma’dud.
c. Ma’dud bersighat mufrad dan nashab menjadi tamyiz.
d. Untuk hitungan 11-19 Mabni Fathah. Contoh:  خمسة عشر نعلا-ثلاث عشرة رسالة- ثمانية  عشر مسجدا   kecuali adad satuan pada hitungan 12 karena bertemu isim tatsniyah.  
5. Hitungan 20 – 90  i’rabnya sama dengan jama’ mudzakkar salim, ma’dudnya mufrad dan nashab menjadi  tamyiz dan ma’dudnya boleh mudzakkar dan boleh mu’annats. Contoh:
    عشرون طائرة -  ثمانون جيشا
6. Hitungan 21 – 99. - Untuk hitungan puluhan yang satuannya 1&2 adad dan ma’dud selalu sama antara mudzakkar dan muannatsnya dengan menggunakan واحد untuk mudzakkar dan واحدة untuk muannats.  واحدة وعشرون جوالة، اثنان وسبعون طيرا      - Untuk hitungan puluan yang satuannya 3-9 adad dan ma’dud harus berlawanan antara mudzakkar dan muannatsnya.   تسع وتسعون امرأة، خمسة وثلاثون رجلا   
7. Hitungan 100 – 1000 - Adad ini ma’dudnya selalu mufrad dan dijirkan menjadi mudhaf ilaih.مائة سنة
8. Bilangan Tingkat. Untuk membuat bilangan ini isim adad diikutkan wazan فاعل  dengan menambah ta’(ة) ketika muannats, kecuali اول dan أولى untuk muannas.
هذا بيتي الثاني - هذه مخطوبتي الخامسة

Jumat, 07 Juni 2013



ZAKAT ZURU’ (HASIL-HASIL PERTANIAN)
Zakat zuru’ atau zakat hasil-hasil pertanian ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalil yang dapat diambil dari Al-Qur’an antara lain :
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآَتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ. (الأنعام : 141)
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan mengeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS.Al-An’am : 141)
Ibnu Abbas berkata : Yang dimaksud dengan “haknya” dalam ayat di atas adalah “zakat yang diwajibkan”.[1] Demikian pula menurut Jabir bin Zaid, seperti yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi berikut ini :
(واخبرنا) أبو عبد الله الحافظ وابو بكر بن الحسن وابو سعيد بن ابي عمرو قالوا ثنا أبو العباس الاصم ثنا الحسن بن علي ثنا يحيى ابن آدم ثنا ابن مبارك عن محمد بن سليمان عن حيان الاعرج عن جابر بن زيد قوله تعالى (وَآَتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ) قال الزكوة المفروضة. (رواه البيهقي –السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة الشاملة – الباب/الجزء : 4 – صفحة : 132)
Dan telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al-Hafihz dan Abu Bakar bin Al-Hasan dan Abu Sa’id bin Abi Amr, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Abbas Al-Asham, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Yahya Ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mubaraka, dari Muhammad bin Sulaiman, dari Hayyan Al-A’raj, dari Jabir bin Zaid, firman Allah yang artinya : “Tunaikanlah haknya di hari memetiknya”. Ia (Jabir bin Zaid) berkata :  Zakat yang diwajibkan.  (HR.Baihaqi, Assunan Al-Kubra Lil-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 4, hal. 132)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآَخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (267)
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. al-Baqarah: 267)
 Menurut Ibnu Abbas dalam tafsir Ath-Thabari, kata nafkahkanlah pada ayat di atas maksudnya adalah “zakatilah”.[2] Berdasarkan ayat di atas, maka para ahli fiqih mewajibkan penunaian zakat hasil pertanian.
 Hasil Pertanian Yang Wajib Dizakati 
            Pada masa Rasulullah saw zakat dipungut dari hasil pertanian yang ditanam oleh manusia dan berupa makanan pokok, yaitu makanan yang dapat mengenyangkan serta  tahan disimpan lama,[3] seperti :  gandum, padi, kurma, anggur dan jagung sebagaimana hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ إِنَّمَا سَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فِي هَذِهِ الْخَمْسَةِ فِي الْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ وَالتَّمْرِ وَالزَّبِيبِ وَالذُّرَةِ. (رواه ابن ماجه : 1805 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة - بَاب مَا تَجِبُ فِيهِ الزَّكَاةُ مِنْ الْأَمْوَالِ – الجزء : 5 – صفحة : 394)
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar,  telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy, dari Muhammad bin Ubaidullah, dari Amru bin Syu'aib, dari Bapaknya, dari Kakeknya ia berkata : "Rasulullah saw telah menetapkan zakat pada lima bentuk makanan; gandum, padi,  kurma, anggur kering dan jagung." (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Samilah, bab tajibu fiihiz zakaatu minal amwaal, juz : 5, hal. 394)
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ السَّرِيِّ النَّاقِطُ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ عَتَّابِ بْنِ أَسِيدٍ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُخْرَصَ الْعِنَبُ كَمَا يُخْرَصُ النَّخْلُ وَتُؤْخَذُ زَكَاتُهُ زَبِيبًا كَمَا تُؤْخَذُ زَكَاةُ النَّخْلِ تَمْرًا.(رواه ابو داود : 1366 -سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب فِي خَرْصِ الْعِنَبِ– الجزء : 4 – صفحة : 404)
Telah menceritakan kepada Kami Abdul Aziz bin As-Sari An-Naqith, telah menceritakan kepada Kami Bisyr bin Manshur, dari Abdurrahman bin Ishaq, dari Az-Zuhri, dari Sa'id bin Al-Musayyab, dari 'Attab bin Usaid, ia berkata : Rasulullah saw  memerintahkan untuk memperkirakan jumlah buah anggur (berapa banyak buahnya) sebagaimana memperkirakan jumlah kurma dan diambil zakatnya sesudah kering (dalam bentuk kismis) sebagaimana buah kurma diambil zakatnya dalam bentuk kurma kering. (HR.Abu Dawud : 1366, Sunan Abu Dawud, Al-Maktbah Asy-Syamilah, bab Fii Kharshil ‘Inabi, juz : 4, hal. 404)
Terdapat Beda Pendapat
Para ulama’ sepakat bahwa tanaman dan buah-buahan wajib dizakati, namun mereka berbeda pendapat mengenai jenis-jenis yang wajib dizakati, yaitu :
1.   Hasan Al-Bashri dan Asy-Sya’bi, berpendapat bahwa yang wajib dizakati hanyalah yang tegas disebutkan dalam nash, seperti gandum, padi,  kurma, anggur kering dan jagung. Menurut imam Asy-Syaukani : Inilah pendapat yang benar.
2.   Madzhab Hanafi, berpendapat bahwa setiap yang tumbuh di muka bumi wajib dizakati, termasuk sayur-sayuran dan lainnya, kecuali kayu bakar, bambu, rumput-rumputan atau pohon yang tidak berbuah. 
3.   Mazhab Abu Yusuf bin Muhammad, berpendapat bahwa setiap yang tumbuh di muka bumi wajib dizakati, dengan syarat dapat bertahan selama satu tahun tanpa pengawet, baik ditakar seperti biji-bijian atau ditimbang seperti kapas dan gula.
4.   Mazhab Maliki, berpendapat bahwa hasil bumi itu wajib dizakati dengan syarat tahan lama, kering dan ditanam oleh manusia, baik yang menjadi bahan makanan pokok atau tidak, kecuali sayur-sayuran, buah tein, delima dan jambu.
5.    Madzhab Syafii, berpendapat bahwa tumbuh-tumbuhan/buah-buahan yang wajib dizakati hanyalah bahan makanan pokok, dapat disimpan lama dan ditanam oleh mansia.
6.   Mazhab Ahmad, berpendapat bahwa semua yang keluar dari bumi,  wajib dizakati, baik biji-bijian maupun buah-bahan yang dapat kering dan dapat tahan lama, ditakar, ditanam manusia di tanah sendiri, baik berupa bahan makanan pokok atau tidak. Dan tidak wajib dizakati seperti semangka, pepaya, jambu, buah tin yang tidak dapat dikeringkan, dan juga tidak wajib pada sayur-sayuran seperti daun mentimun dan daun pepaya. [4]   
  Nishab Hasil Pertanian
            Hasil pertanian tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebelum mencapai nishab, yaitu 5 wasq, sebagaimana sabda Nabi saw. :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسَاقٍ مِنْ تَمْرٍ وَلَا حَبٍّ صَدَقَةٌ. (رواه مسلم :  1627- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب الزَّكَاةِ– الجزء : 5 صفحة :  114)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb mereka berkata. Telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan, dari Isma'il bin Umayyah, dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dari Yahya bin Umarah, dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata : Rasulullah saw  bersabda: "Tidak wajib dizakati kurma dan biji-bijian yang kurang dari lima wasq." (HR.Muslim : 1627, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Zakat, juz : 5, hal. 114)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْكِنْدِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الطَّنَافِسِيُّ عَنْ إِدْرِيسَ الْأَوْدِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْوَسْقُ سِتُّونَ صَاعًا.(رواه ابن ماجه : 1822 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب بَاب الْوَسْقُ سِتُّونَ صَاعًا – الجزء : 5 صفحة : 518)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Sa'id Al-Kindi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid Ath Thanafisi, dari Idris Al-Audi, dari Amru bin Murrah, dari Abu Al-Bakhtari, dari Abu Sa'id ia memarfu'kannya (menyandarkan) kepada Nabi saw, beliau mengatakan : "Satu wasaq adalah enam puluh sha'." (HR.Ibnu Majah : 1822, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Wasaq Sittuna Shaa’an, juz : 5, hal. 518)
Berdasarkan hadits di atas, jelaslah bahwa harta yang kurang dari 5 wasaq  tidak wajib zakat. Adapun satu nishab berdasarkan “takaran” adalah : 1 wasaq adalah 60 sha’. Jadi, 5 wasaq = 5 x 60 = 300 sha’. Menurut ukuran menurut liter  adalah 1 sha’= 3,1 liter. Jadi, 300 x 3,1 = 930 liter.).[5]  Sedangkan satu nishab  berdasarkan “timbangan” adalah :  5 wasaq = 720 kg beras (padi tanpa kulit) atau 1200 kg (12 kwintal) padi.
-   Rincian perhitungan Nisab Beras  : 1 wasaq  beras = 60 sha'. 1 sha' beras = 4 mud. 1 mud beras = 6 ons (kurang lebih). Jadi, 1 wasaq = 6 ons x 4 x 60 = 1440 ons. -  5 wasaq = 5 x 1440 ons = 7200 ons (720 kg)
-   Rincian perhitungan Nisab Padi : 100 kg padi = 60 kg beras. Berarti, 60 kg beras = 100 kg padi. 600 kg beras = 1.000 kg padi. 720 kg beras = 1200 kg padi. Jadi, nisab padi adalah 1.200 kg padi (12 kwintal).[6]
  Zakat Yang Wajib Dikeluarkan
Kadar zakat untuk hasil pertanian, berbeda tergantung dengan jenis pengairannya. Apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata air, maka zakatnya 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami atau dengan irigasi yang memerlukan biaya tambahan maka zakatnya 5%. Hal ini berasarkan hadits Nabi saw berikut :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحفىِ نِصْفُ الْعُشْرِ. (رواه البخاري : 1388 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب العشر فيما يسقى من ماء السماء – الجزء : 5 – صفحة : 335)
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maram, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Wahb, ia berkata : Telah mengabarkan kepada saya Yunus bin Zaid, dari Az-Zuhriy, dari Salim bin 'Abdullah, dari bapaknya ra, dari Nabi saw  bersabda : "Pada tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air, atau air tanah maka zakatnya sepersepuluh (sepuluh persen), adapun yang diairi dengan menggunakan tenaga maka zakatnya seperduapuluh  (lima persen)". (HR.Bukhari : 1388, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-‘Usyr fiimaa yusraa min maaissamaai, juz : 5, hal. 335)





[1]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 1, hal 347
[2]. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Ghalib [224-310 H/839-923 M], Tafsir Ath-Thabary, Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan-1, tahun, 1420 H – 2000 M, bab 267, juz : 5, hal. 555
[3]. Sulaiman Rajid H, Fiqih Islam, PT.Sinar baru, Bandung,  cetakan 32, tahun 1998, hal. 196    
[4]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 1, hal 349 - 350 
[5]. Sulaiman Rasyid, H, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, cetakan ke 32, Bandung hal.  204
[6]. http://www.alkhoirot.org/2012/12/zakat-mal-dan-zakat-fitrah.html