Selasa, 29 November 2011

DZIKIR SESUDAH SHALAT

Rasulullah saw telah banyak memberikan contoh kalimat-kalimat dzikir yang biasa dibaca sesudah ibadah shalat, antara lain seperti dalam hadits berikut ini :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الشَّنِّيُّ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ مُرَّةَ قَال سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ قَالَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ - غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ فَرَّ مِنْ الزَّحْفِ.(رواه الترمذي : 3501 - سنن الترمذي- المكتبة الشاملة- بَاب فِي دُعَاءِ الضَّيْفِ – الجزء : 11- صفحة :496)

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isma’il], telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il], telah menceritakan kepada kami [Hafash bin Umar Asy-Syanny], telah menceritakan kepadaku [Abu Umar bin Murrah], ia berkata : Saya telah mendengar [Bilal bin Yasar bin Zaid] mantan budak yang telah dimerdekakan oleh Nabi saw, telah menceritakan kepadaku [ayahku] dari [kakekku], ia mendengar Nabi saw bersabda : Barangsiapa membaca : ASTAGHFIRULLAAHAL ADHIIM - ALLADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIHI” (Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, yang tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Dia yang Maha Hidup lagi Maha berdiri sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya) Maka dosa-dosanya akan diampuni walaupun ia lari dari peperangan. (HR.Tirmidzi :3501, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fii du’aaidl Dlaifi,, juz : 11, hal. 496)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ قَالَ كَانَ ابْنُ الزُّبَيْرِ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ حِينَ يُسَلِّمُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ-لاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ-لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ - وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ. (رواه مسلم : 935- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِحْبَابِ الذِّكْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ وَبَيَانِ صِفَتِهِ- الجزء : 3- صفحة : 258)

Telah menceritakan kepada kami [Muhammd bin Abdillah bin Numair] telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [ Abuz Zubair], ia berkata : Ibnuz Zubair berdzikir setiap selesai shalat setelah salam : LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHUU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLII SYA-IN QADIIR – LAA HAWLA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH - LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALAA NA’BUDU ILLAA IYYAAHU LAHUN NI’MATU WA LAHUL FADLLUL HASAN–LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUKHLISHIINA LAHUD DIINA WALAU KARIHAL KAAFIRUUN (Tidak ada Tuhan yang pantas disembah selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya pula segala puji, dan Dioa berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan kecualu dengan pertolongan Allah. Tiada sesembahan yang hak selain Allah, dan kami tidalk beribadah selain kepada-Nya, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, hanya bagi-Nya ketundukan walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya) – Dan Rasulullah saw BERTAHLIL (membaca kalimat ‘LAA ILLAAHA ILLALLAAH’ setiap selesai shalat). (HR.Muslim : 935, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab sunat dzikir sesudah sdhalat, juz : 3, hal. 258)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ وَرَّادٍ كَاتِبِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ أَمْلَى عَلَيَّ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فِي كِتَابٍ إِلَى مُعَاوِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ-وَقَالَ الْحَسَنُ الْجَدُّ غِنًى.(رواه البخاري : 799- صحيح البخاري- المكتبة الشاملة-بَاب الذِّكْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ - الجزء : 3- صفحة : 348)

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf], ia berkata, telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari ['Abdul Malik bin 'Umair] dari [Warrad], yaitu penulis [Al Mughirah bin Syu'bah], ia berkata : [Al Mughirah bin Syu'bah] meminta aku untuk menulis (hadits) buat dikirim kepada [Mu'awiyyah], bahwa Nabi saw berdzikir setiap selesai dari shalat fardlu : LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI'IN QADIIR. ALLAHUMMA LAA MAANI'A LIMA A'THAITA WA LAA MU'THIYA LIMA MANA'TA WA LAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, yang Tunggal dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan, dan milik-Nya segala pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menahan dari apa yang Engkau berikan dan dan tidak ada yang dapat memberi dari apa yang Engkau tahan. Dan tidak bermanfaat kekayaan orang yang kaya di hadapan-Mu sedikitpun)’. Al-Hasan berkata: "Al-Jaddu artinya adalah kekayaan. (HR.Bukhari : 799, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab dzikir sesudah sdhalat, juz : 3, hal. 348)

حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ أَبِي عَمَّارٍ اسْمُهُ شَدَّادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ :اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ - قَالَ الْوَلِيدُ فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِيِّ كَيْفَ الْاسْتِغْفَارُ قَالَ تَقُولُ : أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ. (رواه مسلم : 931- صحيح مسلم- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِحْبَابِ الذِّكْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ وَبَيَانِ صِفَتِهِ- الجزء : 3- صفحة :254)

Telah menceritakan kepada kami [Dawud bin Rusyaid], telah menceritakan kepada kami [Al-Walid] dari [Auza'i] dari [Abu 'Ammar] namanya [Syaddad bin Abdullah] dari [Abu Asma`] dari [Tsauban] dia berkata : Jika Rasulullah saw selesai shalat, beliau akan meminta ampunan (beristighfar) tiga kali dan memanjatkan do'a : ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA DZAL JALAALI WAL IKROOM (Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang memberi keselamatan, dan dari-Mulah segala keselamatan, Engkaulah pemberi berkah wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan). Kata [Walid]; maka : Engkau ucapkan saja : ASTAGHFIRULLAAH, ASTAGHFIRULLAAH. (Aku memohon ampunan kepada Allah, Aku memohon ampunan kepada Allah). (HR.Muslim : 931, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab sunat dzikir sesudah sdhalat, juz : 3, hal. 254)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي شَدَّادٌ أَبُو عَمَّارٍ حَدَّثَنِي أَبُو أَسْمَاءَ الرَّحَبِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي ثَوْبَانُ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنْصَرِفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.(رواه الترمذي :276- سنن الترمذي- المكتبة الشاملة-بَاب مَا يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ مِنْ الصَّلَاةِ – الجزء : 2- صفحة : 5)

telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad bin Musa] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Al Mubarak] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Al Auza'i] berkata; telah menceritakan kepadaku [Syaddad Abu 'Ammar] berkata; telah menceritakan kepadaku [Abu Asma` Ar Rahabi] berkata; telah menceritakan kepadaku [Tsauban] pelayan Rasulullah saw, ia berkata : Apabila Rasulullah saw ingin berlalu (pergi) dari shalatnya beliau beristighfar tiga kali. Setelah itu beliau mengucapkan : ALLAHUMMA ANTAS SALAAM WA MINKAS SALAAM TABAARAKTA YA DZAL JALAALI WAL IKRAAM (Ya Allah, Engkau adalah keselamatan dan dari-Mu keselamatan itu, Engkaulah pemberi berkah wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan). (HR.Tirmidzi : 276, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab dzikir yang dibaca sesudah salam dari ibadah shalat, juz : 2, hal. 5)

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ قَالَ سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ مُسْلِمٍ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ عَنْ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ - وَأَوْصَى بِذَلِكَ مُعَاذٌ الصُّنَابِحِيَّ وَأَوْصَى بِهِ الصُّنَابِحِيُّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ. (رواه ابو داود : 1301- سنن ابو داود- المكتبة الشاملة-بَاب فِي الِاسْتِغْفَارِ- الجزء : 4- صفحة : 218)

Telah menceritakan kepada Kami ['Ubaidullah bin Umar bin Maisarah] telah menceritakan kepada Kami [Abdullah bin Yazid Al Muqri`], telah menceritakan kepada Kami [Haiwah bin Syuraih], ia berkata; aku mendengar ['Uqbah bin Muslim] berkata; telah menceritakan kepadaku [Abu Abdurrahman Al Hubuli] dari [Ash Shunabihi] dari [Mu'adz bin Jabal] bahwa Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam menggandeng tangannya dan berkata: "Wahai Mu'adz, demi Allah, aku mencintaimu." Kemudian beliau berkata: "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalat untuk mengucapkan : ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.) Mu'adz mewasiatkan dengan hal tersebut kepada Ash Shunabihi dan Ash Shunabihi mewasiatkan hal tersebut kepada Abdurrahman. (HR.Abu Daud : 1301, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istighfar, juz : 4, hal. 318)

حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ سَبَّحَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَخَتَمَ الْمِائَةَ : بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ - غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ. (رواه مالك : 439- موطأ مالك- المكتبة الشاملة- بَاب مَا جَاءَ فِي ذِكْرِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى - الجزء : 2- صفحة : 139)

Telah menceritakan kepadaku dar [Malik] dari [Abu 'Ubaid] mantan budak [Sulaiman bin Abdul Malik] dari ['Atha bin Yazid Al-Laitsi] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Barangsiapa yang BERTASBIH setiap kali selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga (33) kali, BERTAKBIR tiga puluh tiga (33) kali, BERTAHMID tiga puluh tiga (33) kali, dan menggenapinya menjadi seratus dengan bacaan, 'LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR' (Tidak ada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan bagi-Nya pujian. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Maha menentukan atas segala sesuatu) ', maka akan diampuni segala dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan." (HR.Malik : 439, Muwaththa' Malik, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Kalimat utuk dzikir kepada Allah, juz : 2, hal. 139)

Dzikir Setelah Shalat Dengan Suara Keras

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ. (رواه البخاري : 796 – صحيح البخاري - المكتبة الشاملة-بَاب الذِّكْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ - الجزء : 3- صفحة : 345)

Telah mendeceritakan kepada kami [Ishaq bin Nasahr] ia berkata : telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] ia berkata : telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij], ia berkata : telah menmgabarkan kepadaku [‘Amr], bahwa [Abu Ma’bad] mantan budak [Ibnu Abbas] mengabarkan kepadanya, bahwa [Ibnu Abbas] mengabarkan kepadanya, bahwa mengeraskan suara dalam berdzikir setelah orang selesai shalat fardlu terjadi di zaman nabi saw. Ibnu abbas mengatakan : aku mengetahui bahwa mereka telah selesai dari shalat itu karena aku mendengarnya. (HR.Bukhari : 796, shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babudz Dzikri ba’dash shalati, juz : 3, hal. 345)

Terjadi perbedaan pendapat dalam menyikapi hadits tersebut di atas, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Ulama’ salaf berpendapat, bahwa mengeraskan suara TAKBIR dan DZIKIR sesudah shalat fardlu hukumnya adalah “SUNAT”. Diantara ulama’ mutakhirin yang berpendapat sunat adalah Ibnu Hazam.

2. Ibnu Baththal dan lainnya mengutip pendapat Ashabul madzahib dan pengikutnya, mereka sepakat, bahwa mengeraskan suara TAKBIR dan DZIKIR sesudah shalat fardl “TIDAK SUNAT”.

3. Imam Syafi’I berpendapat, boleh keras sebentar untuk memberitahukan sifat dzikir kepada jama’ah, tidak keras selamanya. Beliau lebih memilih agar imam dan makmum berdzikir dengan suara khafi (lirih), kecuali ada maksud untuk mengajarkan dzikir itu kepada jama’ah. maka boleh dijaharkan, kemudian dilirihkan kembali. [1]



[1]. An-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alaa Muslim, bab dzikir sesudah shalat, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 2, hal. 360

MENEGUR IMAM

MENEGUR IMAM

Apabila terjadi kekeliruan bagi imam, maka makmum sunat menegurnya dengan cara membaca “SUHAANALLAH” bagi makmum laki-laki, dan dengan cara “BERTEPUK TANGAN” bagi makmum perempuan. Hadits Nabi :

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ ثُم قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمٍ قَالَ..... قَالَ (رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) لِلنَّاسِ إِذَا نَابَكُمْ شَيْءٌ فَلْيُسَبِّح الرِّجَالُ وَلْيُصَفِّح النِّسَاءُ. (رواه السائي : 785- سنن السائي – المكتبة الشاملة –باب اسْتِخْلَافُ الْإِمَامِ إِذَا غَابَ – الجزء : 3 – صفحة : 277)

Telah mengabarkan kepada kami [Ahmad bin ‘Abdah] dari [Hammad bin Zaid], kemudian ia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Abu Hazim] ia berkat : …… Rasulullah saw bersabda kepada manusia (para sahabat) : Jika kalian mengalami sesuatu (dalam shalat), maka hendaknya orang laki-laki membaca tasbih (Subhaanallaah) dan orang perempuan bertepuk tangan. (HR.Nasai : 785, Sunan Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Istikhlaful imam idzaa ghaaba, juz : 3, hal. 277)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِذَا أَنْسَانِي الشَّيْطَانُ شَيْئًا مِنْ صَلَاتِي فَلْيُسَبِّح الرِّجَالُ وَلْيُصَفِّق النِّسَاءُ. (رواه احمد : 14127 – مسند احمد – المكتبة الشاملة – مسند جابر بن عبد الله – الجزء : 29- صفحة : 176)

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Ishaq], telah menceritakan kepada kami [Ibnu Lahi’ah] dari [Abuz Zubair] dari [Jabir] ia berkata : Saya pernah mendengar Nabi saw bersabda : Apabila setan membuat aku lupa terhadap sesuatu dari salatku, maka hendaknya orang laki-laki membaca tasbih (Subhaanallaah) dan perempuan bertepuk tangan. (HR.Ahmad ; 14127, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Jabir bin Abdillah, juz : 29, hal.176 )

Hadits di atas tidak menunjukkan wajib menegur imam yang mengalami kekelruan, walaupun menggunakan kalimat perintah. Imam Rafi’i dan imam Nawawi mengatakan, bahwa hukum menegur imam adalah “Sunat”.[1] Adaapun cara “BERTEPUK TANGAN”, menurut ‘Isa bin Ayyub adalah memukulkan dua jari tangan kanan ke telapak tangan kiri.[2] Atau dengan cara memukulkan tangan kanan ke punggung tangan kiri. [3] Sedangkan makmum laki-laki menegur imam dengan cara membaca “SUBHAANALLAAHI” (Maha Suci Allah), tidak dengan bertepuk tangan, karena bertepuk tangan adalah adat kebiasaan laki-laki dari orang-orang di zaman Jahiliah, sebagaimana firman Allah :

وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (QS.Al-Anfal : 35)[4]


Jumat, 25 November 2011

LATAR BELAKANG TAHUN HIJRIAH

Pada zaman khalifah umar bin Khathab diterapkan penanggalan hijriah setelah beliau menerima sepucuk surat dari Abu Musa Al-Asy’ari yang isinya : إنّه يأتينا منك كتب ليس لها تاريخ

”SESUNGGUHNYA TELAH BANYAK SURAT-SURAT YANG KAMI TERIMA DARI ANDA, NAMUN TIDAK ADA YANG TERCANTUM TANGGALNYA”.

Kemudian khalifah Umar ra menggelar musyawarah dengan para sahabat Nabi saw untuk menetapkan apa yang sebaiknya dipergunakan dalam menentukan permulaan tahun Islam. Dalam pertemuan ada beberapa usul, antara lain yaitu :

1. Dihitung dari mulai kelahiran nabi Muhammad Saw

2. Dihitung dari mulai diutusnya Nabi Muhammad Saw menjadi Rasul

3. Dihitung dari mulai wafat Rasulullah saw

4. Dihitung mulai dari tanggal dan bulan hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah

Akhirnya, disepakatilah agar penanggalan Islam ditetapkan berdasarkan Hijrah Rasulallah Saw Dari Mekah Ke Medinah. Umar berkata : Peristiwa hijriah adalah peristiwa yang membedakan antara yang hak dan batil.

(تاريخ الرسل والملوك – المكتبة الشاملة-باب ذكر الوقت الذي عمل فيه – الجزء : 1 – صفحة : 426) - (البداية والنهاية – المكتبة الشاملة-باب / الجزء : 3 – صفحة : 251) -.(عجائب الآثار – المكتبة الشاملة –باب بسم الله الرحمن الرحيم – الجزء : 1 – صفحة : 1)